Meski mendapat pelayanan dari pemerintah, namun warga masih merasa tidak nyaman tinggal ditenda, karena jika turun hujan aliran air masuk didalam tenda. Selain itu, untuk kebutuhan air bersih masih sangat terbatas.
“Pelayanan tetap ada dari pemerintah, tapi ketersediaan air bersih menjadi masalah, agak sulit didapat,“ kata Romisto Manangsang warga relokasi KEK Bitung.
“Tidur pake busa di dalam tenda, tapi hujan bikin basah kasur, karena mengalir di samping busa,“ kata Serly Silinaung warga lainnya.
Pembongkaran rumah warga di lahan KEK hingga hari kedua masih terus dilakukan. Sebagian besar warga memilih membongkar sendiri rumah mereka, agar bahan bangunan rumah bisa digunakan kembali untuk membangun rumah dilahan yang baru.
Lahan ekonomi khusus seluas 92,6 Ha di wilayah kelurahan Manembo-Nembo, Sagerat dan Tanjung Merah, kecamatan Matuari kota Bitung, rencananya akan segera difungsikan.
Pengosoangan lahan dilakukan sejak Kamis 11 November. Sebanyak 562 rumah di lokasi tersebut harus dibongkar, karena karena lahan tersebut bukan milik warga namun milik pemerintah Sulawesi Utara.
Baca Juga: Inovasi Mahasiswi Asal Medan untuk Eksplorasi Lepas Pantai yang Ramah Lingkungan