Misalnya, ketika bertemu dan bekerja sama dengan pihak yang baru, ada kecenderungan manusia untuk menyimpulkan orang tersebut untuk mempermudah hubungannya dengan orang itu.
Penyimpulan itulah yang disebut labeling.
“Sayangnya labeling ini, kalau ke orang lain bisa merusak relationship, dan yang kedua, labeling punya potensi untuk memengaruhi perilaku orang yang berhadapan dengan kita. Kita nge-judge mereka, pelan-pelan sikap mereka justru berwujud seperti judgement kita,” sambungnya.
Hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy, ketika muncul label kepada orang lain, kemudian orang lain pelan-pelan menjadi seperti yang dilabelkan.
Seakan-akan kita mampu untuk meramalkan sikap orang lain.
“Hati-hati banget dengan labeling, apa lagi ke diri sendiri,” tegas Hing.
Berkaca dengan adanya kemungkinan untuk menjadikan labeling sebagai kenyataan, penting untuk membanguan afirmasi atau label yang positif untuk diri sendiri dan orang lain, agar yang terjadi juga adalah hal yang serupa.
Baca Juga: Biasakan Hindari Labeling, Hingdranata: Lebih Baik Lakukan Hal Ini!