Sebelum pandemi, Ade yang menjual produk olahan susu seperti susu segar, stick yogurt, yogurt murni kemasan botol, dan permen karamel susu, sempat memiliki 30 freezer yang ditaruh di sekolah-sekolah di wilayah Tasik, Ciamis, hingga Pangandaran. Ade juga menitip jualkan produk permen karamel susu dan yogurtnya ke sejumlah toko oleh-oleh.
Namun sejak pandemi melanda dan pemerintah menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh untuk mencegah penyebaran Covid di sekolah, usahanya terhenti. 30 freezer yang ia miliki, tidak terpakai. Toko oleh-oleh pun sepi karena tempat wisata ditutup dan mobilitas warga dibatasi.
Diketahui sebelum pandemi, Ade bisa menjual 60-100 liter yogurt per hari. Setelah pandemi ia mengaku perhari hanya bisa menjual sekitar 40 liter.
"Itu juga bersyukur masih bisa kejual. Sebelum pandemi omset sampai 30 juta perbulan, setelah pandemi paling besar cuma 10 juta perbulan," ceritanya dalam sebuah acara UMKM di Tasikmalaya, Sabtu (21/11/2021).
Ade juga terpaksa mengurangi jumlah karyawannya dari enam orang menjadi tinggal setengahnya.
Meski demikian, Ade tak begitu saja menyerah pada keadaan. Beradaptasi dengan keadaan, Ade mulai mencoba mengoptimalkan penjualan secara online melalui Instagram dan Whatsapp. Walau belum bisa sebesar penjualan sebelumnya namun cara itu mampu membuatnya bertahan.
Kini Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai dilonggarkan, seiring dengan pandemi yang makin terkendali. Hal itu berdampak positifnya pada usaha Ade.
"Sekarang toko oleh-oleh itu lagi bagus-bagusnya, karena pelonggaran PPKM, pariwisata udah hidup lagi. Jadinya jualan juga bisa nafas lagi," ujarnya.
Baca Juga: PLN Bantu UMKM Rumah Produksi Belacan di Sedau dengan Mesin Produksi