Pada stadium awal, gejala yang muncul seringkali tidak khas sehingga menyebabkan terkadang pasien terlambat untuk menyadari kondisi penyakitnya.
Gejala penyakit HIV-AIDS bergantung pada tingkat keparahan infeksi. Semakin parah infeksi, gejala yang ditunjukkan semakin jelas seperti pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam, diare dan batuk.
Apabila penderita tidak mendapatkan pengobatan yang tepat maka besar kemungkinan penderita untuk terserang penyakit lain, mulai dari tuberkulosis (TBC), meningitis dan infeksi bakteri parah lainnya.
Untuk itu, penderita HIV memerlukan pengobatan ARV (Anti Retroviral Virus) yang bertujuan untuk menurunkan dan menekan jumlah virus agar pasien tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan penderita AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik.
HIV-AIDS menular melalui 4 cara yaitu hubungan seksual, berbagi jarum suntik pada pengguna narkoba, produk darah dan organ tubuh serta dari ibu positif HIV ke bayinya.
Virus HIV tidak akan menular melalui jabat tangan, bersentuhan dengan penderita, penggunaan WC bersama, menggunakan alat makan bersama, gigitan nyamuk ataupun tinggal serumah dengan penderita HIV.
Pencegahan HIV dilakukan dengan cara tidak melakukan hubungan seksual berisiko seperti berganti ganti pasangan, menggunakan kondom saat berhubungan, mengikuti program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, screening donor darah dan organ tubuh serta tidak menggunakan narkoba.
Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Ridwan Kamil: Pelayanan HIV AIDS Jabar Tetap Berjalan Selama Pandemi