Pontianak, Sonora.ID - Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 1 Desember. Melansir laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tahun ini peringatan Hari AIDS sedunia mengusung tema "Akhiri Ketidaksetaraan. Akhiri AIDS".
Bertepatan dengan hari AIDS, Sonora Pontianak menghadirkan Talkshow Sonora satu jam bersama Puskesmas Gang Sehat Pontianak, dengan tema "Akhiri Ketimpangan, Akhiri AIDS"
Adapun Narasumber :
Di sela-sela Talkshow sedang berlangsung, ternyata ada yang unik ditulis oleh dr. Astari Nurtilawati, selaku Kepala dan Dokter Puskesmas Gang Sehat Pontianak sebagai berikut :
“Kulihat mendung menghalangi pancaran wajahmu
Tak terbiasa kudapati terdiam mendura
Apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu?
Sekilas galau mata ingin bercerita
Kudatang sahabat bagi jiwa
Saat batin merintih
Usah kau lara sendir
Masih ada aku di sini
Letakkan tanganmu di atas bahuku
Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu”
Di atas adalah sepenggal lirik lagu lawas yang dinyanyikan oleh Katon Bagaskara berduet dengan Ruth Sahanaya. Dalam keterangan lagu disebutkan penyakit AIDS memang menjadi momok tersendiri di seluruh dunia sejak pertengahan tahun 80-an, tepatnya sejak beberapa selebriti internasional seperti pemain basket Magic Johnson dan musisi terkenal Rock Hudson atau Freddie Mercury kedapatan menderita penyakit ini.
Tidak heran, kampanye pencegahan dan penanganan serta pemahaman akan penyakit ini banyak dilakukan dengan berbagai cara, satu diantaranya adalah melalui musik.
Sebenarnya apa itu HIV-AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih sehingga menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Baca Juga: Sejak 2020 hingga 2021, Terdapat 652 Temuan Kasus HIV-AIDS di Wonogiri
Pada stadium awal, gejala yang muncul seringkali tidak khas sehingga menyebabkan terkadang pasien terlambat untuk menyadari kondisi penyakitnya.
Gejala penyakit HIV-AIDS bergantung pada tingkat keparahan infeksi. Semakin parah infeksi, gejala yang ditunjukkan semakin jelas seperti pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, demam, diare dan batuk.
Apabila penderita tidak mendapatkan pengobatan yang tepat maka besar kemungkinan penderita untuk terserang penyakit lain, mulai dari tuberkulosis (TBC), meningitis dan infeksi bakteri parah lainnya.
Untuk itu, penderita HIV memerlukan pengobatan ARV (Anti Retroviral Virus) yang bertujuan untuk menurunkan dan menekan jumlah virus agar pasien tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan penderita AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik.
HIV-AIDS menular melalui 4 cara yaitu hubungan seksual, berbagi jarum suntik pada pengguna narkoba, produk darah dan organ tubuh serta dari ibu positif HIV ke bayinya.
Virus HIV tidak akan menular melalui jabat tangan, bersentuhan dengan penderita, penggunaan WC bersama, menggunakan alat makan bersama, gigitan nyamuk ataupun tinggal serumah dengan penderita HIV.
Pencegahan HIV dilakukan dengan cara tidak melakukan hubungan seksual berisiko seperti berganti ganti pasangan, menggunakan kondom saat berhubungan, mengikuti program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, screening donor darah dan organ tubuh serta tidak menggunakan narkoba.
Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Ridwan Kamil: Pelayanan HIV AIDS Jabar Tetap Berjalan Selama Pandemi
Di Kalimantan Barat sendiri menurut data yang diambil dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes tahun 2020 ada sebanyak 698 orang penderita HIV, sedangkan untuk penderita AIDS berjumlah 113 orang. Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah pada tahun 2021.
Namun sayangnya tidak semua penderita HIV-AIDS mendapatkan pengobatan ARV dan minum obat ARV secara teratur. Masih banyak penderita yang malu dan takut untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan.
Hal ini disebabkan masih adanya stigma di masyarakat kepada penderita HIV. Padahal Kementerian Kesehatan telah mencanangkan Indonesia bebas HIV-AIDS pada tahun 2030 dengan menetapkan langkah-langkah yang dikenal dengan triple zero yaitu tidak ada infeksi HIV baru (zero new infection), tidak ada lagi kematian akibat AIDS (zero AIDS related death), dan yang terakhir tidak ada lagi stigma dan diskriminasi (zero stigma).
Oleh karena itu bertepatan dengan hari AIDS Internasional yang jatuh pada hari ini 1 Desember 2021, mari kita berikan dukungan kepada para penderita HIV AIDS, hentikan stigma dan diskriminasi kepada mereka karena dalam upaya memutus penularan dan penyebaran HIV AIDS.
Bukan orangnya yang harus kita jauhi melainkan virusnya. Setiap orang harus mendapatkan akses yang sama untuk pencegahan, pemeriksaan, pengobatan dan perawatan penyakit HIV-AIDS termasuk juga akses untuk vaksinasi dan layanan covid-19 dalam masa pandemi covid ini.
Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Tes HIV? Ini Penjelasan dr. Boyke