"Perlu memperkuat komunikasi antar stakeholders agar dapat meningkatkan pemahaman tentang pentingnya industri hulu migas. Sektor ini memiliki investasi yang tinggi sekitar Rp 200 triliun pertahun. Jika ditambahkan dengan target investasi yang sebesar Rp 900 triliun, maka peranan investasi hulu migas akan terlihat signifikan" kata Anggawira Komite Investasi Kementerian Investasi/BKPM.
Sedangkan Direktur Eksekutif Marjolin Wajong mengatakan bahwa ada yang beranggapan ketika sudah beralih ke energi baru dan terbarukan (EBT) seolah-olah tidak lagi butuh migas.
"Memang benar secara prosentase kontribusi energi migas akan menurun, tetapi secara volume justru meningkat. Indonesia sedang economic growth, jika tidak meningkatkan produksi sendiri lalu apakah mau impor".
Pengamat energi Mamit Setiawan menegaskan bahwa hulu migas sudah berkontribusi besar bagi negara dan peranannya akan terus dibutuhkan sampai puluhan tahun kedepan.
Baca Juga: SKK Migas : Perbankan Nasional Diminta Bantu Sektor Hulu Migas
Saat pandemi dan penerimaan negara turun karena aktivitas perekonomian yang menurun, justru penerimaan negara dari hulu migas melampaui target.
"Sudah seharusnya hulu migas diberikan perhatian yang sama dengan sektor Minerba. Banyak sekali kemudahan dan insentif di sektor Minerba, melalui penuntasan RUU Migas yang memperbaiki hal-hal kurang tepat diharapkan dapat menjadi pintu mendorong peningkatan kontribusi hulu migas dimasa mendatang melalui peningkatan investasi dan produksi migas nasional".
Sementara itu beberapa hari sebelumnya, Presiden Jokowi melalui Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan menegaskan visi pemerintah adalah industri hulu migas menjadi pendorong perekonomian yang kuat dan berkelanjutan yang tidak hanya dengan menciptakan nilai tambah tapi juga meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah terutama daerah terpencil dan terisolasi.
Baca Juga: Tarik Investasi, SKK Migas dan Pemkot Surakarta Sepakati Pengembangan Pendidikan dan Riset