Wisnu Nugroho, ‘Quarter Life Crisis’ yang Berujung pada Profesi Jurnalis

3 Desember 2021 15:40 WIB
Pekerja seni Soleh Solihun dan Pemimpin Redaksi Wisnu Nugroho untuk program Bukan Beginu Bukan Begitu Episode Pertama yang pengambilan gambarnya dilakukan Senin (26/10/2020) di Studio Bendera, Menara Kompas, Jakarta.
Pekerja seni Soleh Solihun dan Pemimpin Redaksi Wisnu Nugroho untuk program Bukan Beginu Bukan Begitu Episode Pertama yang pengambilan gambarnya dilakukan Senin (26/10/2020) di Studio Bendera, Menara Kompas, Jakarta. ( kompas.com)

Sonora.ID - Wisnu Nugroho, pembawa acara siniar BEGINU dan pemimpin redaksi Kompas.com, ungkap perjalanan panjangnya dalam menitih karier hingga memiliki keyakinan menjadi seorang jurnalis. Menjadi lulusan filsafat membuatnya banyak belajar meneguhkan sesuatu yang dituju dan menjalani dengan sungguh-sungguh apa yang ia yakini.

Melalui perbincangan dengan Soleh Solihun dalam siniar (podcast) BEGINU episode bonus yang bejudul “Wisnu Nugroho dan Quarter Life Crisis”, Wisnu Nugroho yang biasanya menjadi pembawa acara menceritakan bahwa dirinya pernah berkeinginan menjadi seorang Pastor.

 Baca Juga: Belajar tentang Kesehatan Mental Lewat Podcast 'Anyaman Jiwa'

Berkeinginan Menjadi Pastor

Menempuh studi di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara menjadi titik penting dalam hidup Inu—sapaan akrab Wisnu Nugroho. Baginya, belajar filasafat itu mempertanyakan segala sesuatu termasuk keimanan.

“Banyak orang yang belajar filsafat kalau tidak sanggup menginteralisasi pengalaman dan mengonvrontasi apa yang terjadi, itu orang bisa memertanyaan segala hal,” terang Inu.

Alasan Inu ingin menjadi Pastor adalah karena ia ingin bermanfaat bagi banyak orangdengan mengabdikan diri pada ummat. Sehingga, ia pun memutuskan berkuliah di STFD setelah lulus dari sebuah seminari.

Saat menjadi mahasiswa filsafat, cita-cita dan hal yang dijalani oleh Inu akhirnya digugat Inu sendiri. Baginya, filsafat itu membedah satu-satu dan membuatnya merasa termurnikan. Beberapa hal yang Ia jalani tapi tidak diyakini sungguh-sungguh, akhirnya ia tinggalkan, termasuk jalan ingin jadi pastor.

Momen itu berlangsung saat Inu ikut membantu sebuah acara di gereja. Dalam kegiatan tersebut, ia merasa bahwa tujuan akhirnya bukan menjadi pastor. ia hanya ingin membantu orang, berbuat baik, tetapi ia merasa untuk melakukan itu semua bukan dengan menjadi seorang Pastor.

Baca Juga: ISKA Mendorong Generasi Milenial Meneruskan Estafet Kepemimpinan

Memutuskan Menjadi Jurnalis

Setelah menempuh kuliah di Filsafat, Inu berkeinginan untuk mejadi dosen dan melanjutkan S2 di Eropa.  Baginya, Eropa menjadi tempatnya para filsuf ternama. Tapi, seiring berjalannya waktu, ia ditawari menjadi jurnalis Rileks.com dan ia pun tertarik menjalaninya.

“Saya suka membaca dan menulis. Tulisannya dipublish, jadi bacaan orang dan bermanfaat.  Nah, tulisan saya dibaca meskipun ecek-ecek, dulu bikinnya tafsir mimpi, olahraga, dan entertainment. Gua rasa suka jurnalis,” jelas Inu.

Baca Juga: Kepedulian Pembaca Kompas terhadap Kampung Literasi Susuk Melalui Donasi Buku #AkuBaca

Tapi ia merasa tak menyukai topik entertainment karena melelahkan. Banyak acara yang perlu diliput saat larut malam. Namun ia tetap merasa api untuk menjadi penulis hidup terus. Ia menyukai dunia tulis-menulis sedari SMA. Baginya, menulis adalah sebuah terapi. Namun setahun kemudian, Inu memutuskan hengkang dari Rileks.com dan memilih Kompas.

Menjadi wartawan Kompas, Inu perlu mengikuti serangkaian tes diantaranya: wawancara seleksi berkas, tes bahasa, psikotes, tes Focus Group Discussion (FGD). Namun saat tes kesehatan, ia merasa tidak akan lolos karena potensi darah tinggi.

Hasil tes menunjukan bahwa Inu memilik darah tinggi. Namun ia mencoba tes ulang klinik Kompas. Namun sebelum tes, ia melakukan hal yang dirasa konyol yakni meminum air rebusan seledri dengan harapan darah tingginya turun. Voila, darah tingginya turun dan ia diterima menjadi jurnalis Kompas, hingga saat ini ia menjabat menjadi pemimpin redaksi Kompas.com.

Meski telah melewati masa di mana ia bertransformasi dari keinginan menjadi pastor dan kemudian memutuskan menjadi wartawan, ia menjalani hal tersebut dengan sebuah keyakinan.

Baca Juga: Redefinisi Kecantikan melalui Kisah Inspiratif Perempuan dalam Podcast ‘Semua Bisa Cantik’

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm