Pertimbangkan risiko
Ketika adanya beberapa pilihan yang ditawarkan, masing-masing pilihan pasti memiliki risiko atau hal-hal yang harus dikorbankan, sehingga penting untuk mempertimbangkan risiko tersebut.
Misalnya, seseorang yang hendak pindah kerja demi pendapatan yang lebih tinggi untuk keperluan anak sekolah, tetapi di satu sisi takut untuk gagal di tempat yang baru, dirinya harus mempertimbangkan risiko yang lebih tinggi.
Apakah lebih menakutkan anak tidak bisa bersekolah di tempat yang bagus, atau lebih menakutkan kegagalan di tempat yang baru?
“Kita bisa bandingkan risiko mana yang lebih besar dan menakutkan? Jadi ada dua risiko, tinggal yang mana yang lebih gede,” tegas Hing.
Fokus pada progress bukan perfection
“Semua keputusan yang kita buat itu akan ada risiko salah, tetapi intinya adalah dengan memutuskan saya membuat satu langkah. Jadi fokusnya bukan perfection, tapi progress,” sambungnya menegaskan.
Jadi, ketika membuat sebuah keputusan, fokusnya bukanlah pada kesempurnaan atau benar/tidaknya keputusan tersebut, tetapi kepada langkah yang sudah diambil.
Ketika tidak mengambil keputusan, tidak ada progress yang terjadi, selama keputusan itu diambil, maka ada progress meski mungkin tidak perfect.
“Karena kita mau sempurna, maka muncul ketakutan, fokusnya progress, bergerak,” tambah Hing.
Baca Juga: Kurang Tidur Bisa Turunkan Kemampuan Ambil Keputusan? Ini Tips Trainer NLP