Bandung, Sonora.ID - Hadirnya Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Gusti Kanjeng Ratu Hemas di Kota Bandung untuk menghadiri Gempita Budaya (Gelar Muhibah Pikat Amerta Budaya) yang digelar di pelataran halaman Gedung Sate Bandung, Selasa malam (7/12/2021).
Gempita Budaya merupakan rangkaian muhibah budaya antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Setelah sebelumnya pada pekan lalu, Gubernur Ridwan Kamil (Kang Emil) memimpin gelaran Pesona Budaya Jabar di Yogyakarta.
Melalui kerja sama tersebut, Jabar-Yogyakarta membangun relasi budaya dan bersama-sama mempromosikan potensi pariwisata.
Baca Juga: Jateng Terima Anugerah Meritokrasi, Ungguli Jatim Jabar dan DKI Jakarta
Dalam sambutannya Gubernur Ridwan Kamil mengatakan, Indonesia dilihat dari perspektif budaya maka bisa disebut sebagai nusantara. Sebagai himpunan wilayah budaya, jika diwarnai setiap wilayahnya maka akan ada lebih dari 300 warna berbeda yang sangat indah konfigurasinya.
"Itulah uniknya Indonesia dengan keragaman budaya sehingga menjadi aset yang harus dijaga dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kebudayaan ini merupakan kebanggaan dan perekat bangsa yang dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air," ucap Ridwan Kamil.
Di era disrupsi teknologi dan pandemi Covid-19 ini, kata Ridwan Kamil, agenda Muhibah Budaya Jabar-Yogyakarta diharapkan dapat membantu promosi budaya masing-masing daerah yang mana nantinya akan berdampak pada pemulihan ekonomi khususnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
”Kisah masa lalu, kita jadikan pelajaran agar semakin memperkuat persatuan dan kesatuan kita. Kerjasama antara Jabar dengan Yogyakarta dalam aspek kebudayaan harus menjadi kerja budaya yang saling memberi inspirasi tentang potensi dan kearifan lokal guna menegaskan kenusantaraan Indonesia yang ditakdirkan Tuhan menjadi sebuah bangsa yang kaya warna,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono, mengatakan, gelaran ini merupakan perpaduan karena terinspirasi dari pertukaran pesona budaya.
Hal itu bisa dilihat dari tarian Sunda yang lincah-ceria penuh gairah apabila dikolaborasikan dengan Bedhaya Sapta yang memiliki gerak gemulai.
Perbedaan yang muncul justru menjadi unsur perpaduan, untuk mengundang para empu-tari, baik dari ISBI Bandung, maupun ISI Yogyakarta, untuk mencoba melakukan eksperimentasi penciptaan koreografi kreatif dan kolaborasi harmonis tari Sunda-Jawa.
"Memang terasa mudah mengucapkannya tetapi akan menghadapi banyak kendala kultural dalam penciptaannya, agar bisa terbentuk sebuah harmoni seni-tari dari paham-tari yang berbeda. Kurang lebih serupa dengan mewujudkan kohesi-sosial di tengah masyarakat seperti sekarang ini. Tetapi, justru di situlah tantangannya," ucap Gubernur DIY.
Dalam gelaran Gempita Budaya (Gelar Muhibah Pikat Amerta Budaya) Jawa Barat – Yogyakarta. DIY menampilkan Bedhaya Sapta dan Beksan Menak Kakung Umarmaya – Umarmadi dari Kraton Yogyakarta. Sedangkan dari Jawa Barat menampilkan pertunjukan Saung Angklung Udjo dan Rampak Kendang.
Sultan mengatakan, paling tidak adanya kerjasama ‘G to G’, diharapkan bisa berkembang secara organis dan berjaringan menjadi ‘P to P’, antar-elemen masyarakat sendiri. Karena, berdasarkan fakta dan data yang ada, kedua kelompok masyarakat Bandung dan Yogyakarta, memiliki kesamaan talenta, yakni inovasi dan kreativitas.
“Kami harapkan kerjasama ini membangkitkan kreativitas masyarakat dalam berbagai bidang dan profesi untuk lebih mengeratkan jalinan persahabatan bagi para pihak. Untuk kemudian, perkembangannya diharapkan meningkatkan nilai tambah pada potensi masing-masing dan memberikan pencerahan rasa, perlunya persatuan dan kesatuan Indonesia,” pungkasnya.