Tidak hanya itu, anak yang stunting ketika dewasa juga rentan dengan berbagai penyakit misalkan jantung dan hipertensi.
Meski ditangani dengan serius oleh BKKBN, tapi Mardalena mengakui bahwa penanganan ini perlu mendapat kerjasama dari berbagai pihak.
Dukungan baik dari pemerintah maupun swasta tentunya akan mempercepat keberhasilan penurunan stunting di Indonesia, terkhusus Provinsi Riau.
“Saat ini kami sudah membentuk tim pendamping keluarga. Di Indonesia ada 200.000 tim, sementara di Riau ada 3558 tim pendamping keluarga dengan masing-masing tim terdiri dari 3 orang, yakni kader pkk, kader KB, dan bidan/tenaga medis,” ujarnya.
Baca Juga: Kembali Serahkan Bantuan Kursi Roda dan PMT, TP PKK Denpasar Ingatkan Prokes, dan Cegah Stunting
Tim pendamping keluarga yang disebar di seluruh kelurahan/desa di Provinsi Riau ini berasal dari warga setempat yang kemudian akan melakukan pendekatan dan pendampingan kepada keluarga yang berpotensi mengalami stunting.
“Mengingat stunting pada anak tidak bisa diobati, melainkan dicegah, jadi kita akan mencegah dari hulunya. Pasangan subur yang 3 bulan lagi akan menikah akan didampingi dan diberikan sosialisasi pra nikah, sampai ke 1000 hari pertama kehidupan anak,” tambahnya.
Tim pendampingan yang hampir selesai dalam tahap orientasi, diharapkan dapat segera terjun untuk membantu mendampingi keluarga-keluarga berpotensi stunting.
Mardalena berharap, langkah ini bisa membantu menurunkan angka stunting dan mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.
Baca Juga: Program Gerakan Wanita Tanam Sayuran Percepatan Penanganan Stunting di Palembang