Sonora.ID – Julukan ‘Unicorn’ adalah sebutan untuk startup yang memiliki nilai valuasi sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar 14,2 triliun rupiah.
Dan di Indonesia sendiri, yang baru-baru ini masuk daftar startup ‘unicorn’ adalah salah satu brand kopi, yaitu Kopi Kenangan.
Resmi masuk startup dengan gelar Unicorn di bulan Desember 2021 ini, Kopi Kenangan memiliki valuasi senilai 14,2 triliun rupiah berdasarkan data dari CBInsight.
Bukan hanya itu saja, bisnis yang bergeran di bidang makanan dan minuman ini juga mendapatkan suntukan Pendanaan Seri C Tahap Pertama senilai 1,3 juta triliun rupiah.
Banyaknya pendanaan yang masuk kepada perusahan ini dilihat dari permintaan domestik yang tinggi, termasuk dari beberapa portofolionya.
Kenaikan itu juga tidak serta merta karena menu kopi yang paling populer diminati masyarakat Indonesia, tapui adanya tambahan brand serta menu makanan yang masuk satu lingkup perusahaan.
Berdasarkan pengakuan dari CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata bisnis ini menjadi perusahaan pertama yang berhasil menjadi perusahaan New Retail F&B atau bisnis makanan dan minuman yang dapat gelar Unicorn di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.
Namun, dibalik kesuksesan yang ia raih tersebut, Edward tak selalu hoki dan melewati semua tantangan dengan mudah dalam proses hidup dan bisnisnya ini.
Baca Juga: 3 Pebisnis Muda Sukses Indonesia, Salah Satunya Menyimpan Kisah Haru
Dalam salah satu podcast Gita Wirjawam, Edward mengaku saat di bangu sekolah khususnya SMA ia adalah sosok yang malas.
Namun itu berubah setelah di bangku kuliah dan lebih tepatnya karena kabar yang menyedihkan dari sang ibunda.
Edward Tirtanata berkuliah di salah satu universitas di Amerika dan pada suatu hari ibunya memberikan kabar bahwa keluarganya sedang mengalami kesusahan. Saat itulah yang menjadi titik balik seorang Edward Tirtanata dan perlu mengambil sikap.
Setelah lulus kuliah di tahun 2010, Edward langsung ikut terjun berbisnis bersama ayahnya yang bergelut di sektor batu bara, namun kala itu ia merugi kembali.
Setelah melihat dan merasakan pengalaman berbisnis, Edward kemudian memilih bisnis yang harganya tak bisa ditentukan oleh salah satu pihak.
Ahirnya, pada kesempatan ini sosok Edward memutuskan untuk berbisnis di sektor konsumsi dan lebih tepatnya di bidang makanan dan minuman.
Melihat dari upah gaji minum rata-rata di Indonesia, akhirnya Edward bisa menentukan hasil harga untuk brand yang akan ia jual, yaitu kopi.
Meskipun ia harus melawa harga alat serta properti yang mahal untuk operasional, Edward menemukan strategi untuk itu dengan harga kopi yang terjangkau yaitu berfokus pada volume.
Baca Juga: Ide Bisnis dari Limbah Elektronik Ini Patut Dicoba! Pelaku Bisnis: Gaji Presiden Kalah