2. Mendorong pola pikir kuantitas dibandingkan kualitas
Budaya hustling mendorong kamu untuk mencipakan ketidakseimbangan dalam hidup, dimana pekerjaan menjadi hidup dan hal-hal lain selain pekerjaan menjadi tidak terarah atau tidak bermakna.
Padahal ketika kamu meluangkan waktu untuk berdiam diri tidak melakukan apa-apa juga bisa bermanfaat.
Ketika kamu berorientasi hidup untuk bekerja, maka kemungkinan besarnya kamu akan terus memprioritaskan kuantitas atau berapa banyak hal yang bisa kamu lakukan ketimbang memperhatikan kualitas pekerjaan yang dilakukan.
3. Menyebabkan mental dan physical breakdown
Baik secara mental atau fisik, budaya hustling akan membebani tubuhmu.
Dengan tekanan untuk terus hustling, kamu seringkali membuat kebiasaan yang tidak sehat untuk bisa bekerja.
Kamu mungkin mengonsumsi kafein di tengah malam untuk menyelesaikan tugas, bergabung dengan sesi belajar larut malam, kurang tidur, melewatkan makan, dan hal lain yang dibutuhkan tubuhmu untuk berfungsi optimal.
Kamu akan kehilangan minat pada hobi yang membuatmu senang dan nyaman, tidak punya waktu untuk merawat diri, dan tidak punya waktu untuk bersosialisasi.
Baca Juga: 4 Arti Penting dari Survival Parenting: Terapkan Ini Selama Pandemi