Sonora.ID - Menjalani kehidupan seringkali dipenuhi dengan renungan akan sumber kebahagiaan.
Berhari-hari hingga akhirnya bertahun-tahun, tidak jarang pikiran kita hanya diganggu oleh pertanyaan "mengapa saya tidak bahagia?" atau pertanyaan lainnya yang intinya menanyakan mengapa hidup tidak adil.
Konsep seperti ini biasanya dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan atau keengganan kita untuk melihat segala sesuatu dengan lebih jelas dan mampu melihat hal-hal tak kasat mata.
Baca Juga: Susah-susah Cari Uang, Ternyata Ini Sumber Bahagia yang Sebenarnya
Atau dengan kata lain kita lebih sering menghabiskan waktu dengan mengabaikan hal-hal kecil yang ternyata telah memberikan kebahagiaan.
Untuk menjelaskan kebahagiaan ini, Arvan Pradiansyah memaparkan dua sumber kebahagiaan dalam siaran Radio Smart FM 'Apa yang Membuat Hidup Kita Bahagia? Ini Kata Arvan Pradiansyah' (30/12/21).
Pada dasarnya, dua sumber kebahagiaan ini tidak terlihat dan saling berkaitan sehingga sering kita lupakan.
Sumber kebahagiaan pertama yang diterangkannya adalah waktu.
Keberadaan waktu muncul pertama kali di bumi sebelum adanya semesta beserta isinya.
Tuhan menciptakan waktu agar kamu tidak mengalokasikan semua aktivitas dalam waktu yang bersamaan.
Mengutip pakar relativis Albert Einstein, salah satu alasan mengapa waktu itu harus ada agar sesuatu dalam hidup ini tidak terjadi secara serentak.
"Ada yang namanya kemarin hari ini dan besok dan di setiap waktu tersebut manusia dapat melakukan yang terbaik. Dengan memaknai waktu kita selalu cherish every moment" ujarnya.
Implikasinya, jika kamu tidak dapat memaknai waktu dengan baik maka yang muncul hanyalah penyesalan.
Hidup yang diartikan oleh Arvan adalah ibarat mengontrak dengan waktu.
Baca Juga: Susah-susah Cari Uang, Ternyata Ini Sumber Bahagia yang Sebenarnya
Bedanya, sekali masa kontrak itu habis, maka tidak akan ada kesempatan lain karena artinya kamu sudah meninggal.
Itu lah alasan pemaknaan waktu seperti ini bisa membuatmu lebih memaknai kehidupan.
Berkaitan dengan itu, pemaknaan kehidupan menjadi sumber kebahagiaan kedua yang dijelaskannya.
Banyak cerita atau kutipan yang kurang lebih mengatakan, "tetap hidup meskipun tidak berguna".
Menurut Arvan, seseorang dengan motivasi seperti ini tidak pernah memaknai hidup sebagai sesuatu yang berguna.
"Yang dicari dalam hidup bukan makan, melainkan makna...Ujung-ujungnya dia akan memilih untuk bunuh diri karena sudah tidak tahu mau mengarahkan hidupnya ke mana atau seperti apa," jelasnya.
Bahkan adanya penderitaan sekali pun bisa menjadi sumber kebahagiaan, asalkan penderitaan tersebut dapat kamu maknai.
"Penderitaan tanpa makna sama dengan suffering betul-betul menderita dan berakhir pada keputusasaan," tambah Arvan.
Hal ini direfleksikan dari pengalamannya saat terjangkit Covid-19 dan harus mengalami rasa sakit dan diopname.
Arvan memaknai pengalaman tersebut sebagai panggilan Tuhan untuk dirinya hingga akhirnya, Arvan menuliskan buku tentang makna hidup di balik Covid-19.
Kata Arvan, "Melalui pengalaman tersebut akhirnya saya menuliskan buku yang belum tentu sudah ditulis penulis lainnya."