Tidak saling terbuka
Sebuah survei sosial yang dilakukan pada tahun 2016 oleh NORC di Universitas Chicago, mencatat bahwa jumlah tinggi pasangan menikah yang tidak bahagia terjadi sejak 1974.
Menurut Jenny Taitz, seorang psikolog klinis dan penulis buku How To Be Single and Happy, salah satu faktor penyumbang kesepian adalah enggan terbuka satu sama lain, terutama terkait topik yang mungkin beresiko untuk diceritakan.
Sosial media juga berpengaruh
Sebuah studi tahun 2017, yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine, menemukan bahwa orang yang melaporkan menghabiskan lebih dari dua jam sehari di media sosial cendrung lebih mungkin merasa kesepian.
Menurut Taitz, membandingkan hubungan rumah tanggamu dengan hubungan orang lain yang mungkin sering kamu lihat di media sosial juga punya andil dalam menimbulkan rasa kesepian.
Misalnya, kamu yang biasanya merasa cukup hanya dengan makan malam bersama pasangan di Hari Valentine atau Anniversary.
Namun ketika melihat sosial media orang lain yang mendapatkan hadiah perhiasan atau bunga yang sangat indah, tanpa kamu sadari standar kebahagiaanmu akan meningkat, kemudian perayaan sederhana tidak akan cukup untuk membuatmu puas.
Tak hanya itu, sering membandingkan hubungan yang kamu jalani dengan yang ada di sosial media juga berisiko menciptakan jarak antara kamu dan pasangan.
Baca Juga: Menurut Survei, Pandemi Membuat Rasa Kesepian Orang Indonesia Meningkat