Palembang, Sonora.ID - Menteri Keungan Sri Mulyani Indrawati dalam Siaran Pers Realisasi Sementara Pelaksanaan APBN 2021 mengatakan bahwa saat ini pandemic masih berjalan oleh sebab itu pemerintah masih fokus agar perekonomian tidak terpengaruh dengan pandemic.
Secara global total kasus covid-19 berjumlah 283,13 juta, tambahan kematian 5,45 juta, vaksinasi 9,12 milyar dosis atau 48,4% populasi.
“Omicron memunculkan gelombang ke-4. Terjadi di beberapa negara. Tetap waspada. Komitment dunia bahwa 2022 covid dihentikan, tapi bukan berarti hilang,” ujarnya.
Baca Juga: Karantina Wisman 14 Hari Pasca Omicron Merebak di Sejumlah Negara, Ini Tanggapan ASITA Bali
Dari total 283,13 juta kasus, kasus komulatif Indonesia 4,26 juta (1,6% terhadap populasi – peringkat 147) dari 190an negara didunia.
Covid di Indonesia membaik setelah muncul varian delta. Vaksinasi kumulatif dosis pertama 161,1 juta (59.2% populasi). Dosis kedua 113,7 juta (42,1% populasi). Booster 1,25 juta (0,48% populasi).
“Ini hal yang positif dari kasus covid. Vaksinasi ini membuat kita posisi ke lima vaksinasi dunia dari 9,12 miliar dosis vaksin yang disuntikkan,” tukasnya.
Pertumbuhan ekonomi berbagai negara di Q3 2021 menunjukkan perlambatan akibat high base Q2 dan adanya factor gelombang varian delta. Pertumbuhan ekonomi negara diperkirakan akan menguat di Q4, seperti AS, Indonesia, Thailand dan Malaysia. Realisasi PMI manufaktur Desember Indonesia, Malaysia, Filipina dan Korsel masih menunjukkan ekspansi.
Inflasi mulai mengalami peningkatan dipengaruhi oleh pemulihan sisi permintaan seiring naiknya mobilitas masyarakat ditengah harga global yang masih menekan.
Namun inflasi IHK cenderung terjaga akibat disrupsi supply masih terbatas dan kenaikan daya beli yang belum maksimal. Tetap diwaspadai potensi transmisi kenaikan ongkos produksi dan distribusi. Realisasi inflasi 2021 tersebut sesuai dengan hasil proyeksi kementrian keuangan.
Baca Juga: BPS Riau Catatkan Inflasi Riau 2021 Lebih Rendah Dibanding Tiga Tahun Terakhir
Surplus neraca perdagangan November 2021 mencapai USD3,51 miliar, melanjutkan trend surplus selama 19 bulan berturut-turut. Secara akumulatif (jan-nov21), surplus neraca perdagangan mencapai USD34,3 miliar.
Dengan covid-19 yang semakin terkendali melalui penanganan yang sangat baik, kegiatan ekonomi masyarakat terus menunjukkan kenaikan. Dalam sebulan terakhir mobilitas di semua tempat terus meningkat, kecuali di tempat resident yang trendnya cenderung menurun. Untuk pertama kali pada kuartal IV rata-rata mobilitas sudah positif 1,7%.
Pertumbuhan ekonomi Q4 2021 diperkirakan berada diatas 5,0% didukung menguatnya aktifitas konsumsi, investasi masih tingginya ekspor seiring terkendalinya pandemic covid-19.
Konsusmsi rumah tangga menguat, termasuk kategori transportasi dan leisure yang tertahan akibat varian delta di Q3. Aktifitas investasi meningkat seiring membaiknya supply chain dan penyelesaian proyek strategis nasional (PSN). Ekspor dan impor diperkirakan masih tumbuh tinggi hingga Q4 2021, terutama kinerja ekspor non-migas.
Pendapatan negara melebihi target, belanja negara optimal, pembiayaan anggaran yang lebih efisien di tahun 2021 menjadi modal positif untuk transisi menuju konsolidasi fiskal tahun 2023.
Penerimaan pajak 2021 mencapai 1.277,5 T (103,9 % terhadap APBN). Didorong oleh membaiknya penerimaan dari mayoritas sector utama penyumbang penerimaan pajak sebagai dampak penguatan pemulihan ekonomi yang diikuti pemanfaatan stimulus pajak oleh dunia usaha. Penerimaan PPN sudah melampaui level pra pandemic.
Baca Juga: Resmikan Bandara Ngloram, Presiden Jokowi Yakini akan Mempercepat Aktivitas Ekonomi di Jateng
Kinerja unit vertikal DJP jauh lebih baik dari tahun 2020. Jumlah Kanwil DJP dan KPP yang mencapai target penerimaan meningkat significant. Tahun 2021 ada 15 kanwil DJP dan 208 KPP yang mencapai target penerimaan, sementara tahun 2020 sebanyak 8 Kanwil DJP dan 110 KPP yang mencapai target penerimaan.
“Tahun 2022 masih akan menghadapi tantangan resiko ketidakpastian baik yang bersumber dari factor pandemic covid-19 maupun tantangan global sehingga perlu terus antisipatif dan waspada. APBN tahun 2022 tetap akan prudent mengantisipasi ketidakpastian mengahadapi pandemic covid-19. Pemerintah akan mengedepankan prinsip fleksibilitas, antisipatif khususnya terhadap kebutuhan inisiatif strategis baru ( program PEN, kebutuhan ibukota baru, persiapan pemilu 2024 dan prioritas nasional lainnya). Sinergi kebijakan akan terus diperkuat antara pemerintah, Bank Indonesia, OJK serta pemangku kebijakan sector rill untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi,” tutupnya.