Sonora.ID – Ketika di tanya, apa harapan terbesar setiap orang tua terhadap anak-anaknya kelak?
Kebanyakan pasti menginginkan hal yang sama, yakni agar anaknya bisa tumbuh sehat, cerdas, sukses, dan yang paling utama bahagia.
Bob Murray, PhD, penulis buku Raising an Optimistic Child: A Proven Plan for Depression-Proofing Young Children – for Life, berpendapat bahwa anak-anak yang bahagia adalah produk dari orang tua yang bahagia pula, terlepas dari genetiknya.
Maka bisa dikatakan, orang tua memegang peranan penting yang dapat menentukan kebahagiaan anak-anaknya, yaitu dengan menyediakan lingkungan masa kecil yang sehat dan seimbang guna menyiapkan kehidupan yang sukses di masa depan.
Lantas, bagaimana gaya pengasuhan yang tepat agar anak-anak bisa tumbuh menjadi sosok yang bahagia?
Membesarkan anak yang bahagia bukan soal menuruti semua kemauan mereka, sayangnya kebahagiaan yang seperti ini hanya bersifat sementara atau sesaat.
Justru selalu menuruti keinginan anak, hanya akan membuat mereka menjadi ketergantungan dan sulit untuk mandiri.
Nah, berikut beberapa strategi yang bisa Bunda dan Ayah terapkan dalam membesarkan anak-anak yang bahagia dan sukses.
Orang harus bahagia terlebih dahulu
Kombinasi Ibu dan Ayah yang bahagia akan menciptakan suasana rumah yang hangat dan ceria, Kebahagiaan juga bisa menular ke seluruh penghuni rumah termasuk anak-anak.
Maka dari itu, sebelum berusaha membuat orang lain bahagia, utamakan kebahagiaan diri sendiri terlebih dahulu, karena Anak akan ‘menyerap’ apapun dari orang tua, termasuk kebahagiaan yang terpancar dari dalam diri Anda.
Orang tua yang bahagia cenderung memiliki anak-anak yang bahagia pula, jadi sesibuk apapun Bunda dan Ayah harus saling berkomunikasi tentang hal apa saja hal bisa membuat kalian bahagia.
Misalnya, melakukan me time atau sesekali berkumpul dengan teman.
Anak harus bermain di luar ruangan
Studi menunjukkan aroma yang berhubungan dengan alam seperti pohon, rumput yang dipotong, dan bunga-bunga dapat meningkatkan mood anak.
Terutama anak-anak zaman sekarang cendrung lebih suka berdiam diri dan sibuk dengan gadget mereka, waspada Ibu-ibu, kebiasaan ini berpotensi memicu gaya hidup sedentary yang berbahaya bagi tumbuh kembang anak, lho.
Makanya, sudah menjadi kewajiban Anda untuk mendorong anak untuk bermain di luar ruangan.
Banyak aktivitas yang bisa dipilih misalnya, bermain sepeda, bola, membaca buku, atau bermain boneka.
Sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam Journal of Science and Medicine in Sport menemukan bahwa anak-anak yang meningkatkan waktu bermain di luar mampu meningkatkan empati, keterlibatan, dan pengendalian diri sebagai keterampilan sosial yang penting.
Studi lain juga menemukan bahwa anak-anak dengan keterampilan sosial yang lebih baik, dua kali lebih mungkin untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan kecil kemungkinannya untuk mengalami penyalahgunaan zat, obesitas, dan kekerasan.
Batasi screen time
Ini mungkin akan sangat sulit di zama sekarang, apalagi kegiatan sekolah juga kebanyakan berhubungan langsung dengan gadget.
Kebanyakan anak-anak juga lebih tertarik bermain video game berjam-jam daripada melakukan kegiatan fisik di luar rumah.
Namun, faktanya terlalu banyak screen time atau waktu layar ternyata berdampak buruk bagi kesejahteraan psikologis anak, lho, Bun.
Sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Emotion menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih sedikit waktu di perangkat digital mereka merasa lebih bahagia.
Mereka juga lebih bahagia karena melakukan banyak waktu untuk kegiatan non-layar seperti berolahraga, melakukan pekerjaan rumah, mengikuti acara keagamaan, dan kegiatan tatap muka lainnya.
Maka penting bagi orang tua untuk menetapkan batasan yang jelas dan tegas pada waktu screen time anak.
Luangkan waktu Anda, untuk melakukan aktivitas keluarga, ini juga bermanfaat dalam meningkatkan bonding antara orang tua dan anak.
Jika ingin anak merasakan sukses, maka biarkan juga mereka menelan kegagalan
Bebaskan anak dalam mempelajari hal baru sesuai dengan cara mereka sendiri, ini dapat membantu tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
Menurut dr. Hallowell salah satu kesalahan yang kerap diulangi oleh para orang tua adalah terlalu sering membantu anak dalam melakukan berbagai hal.
Berikan kepercayaan pada anak untuk belajar bagaimana cara merangkak, berjalan, makan sendiri, berpakaian, pergi ke toilet, hingga mengendarai sepeda roda tiga.
Merela mungkin akan terjatuh dan gagal, namun di sinilah anak akan belajar untuk tidak mengulangi kesalahannya atau berpikir metode baru agar bisa berhasil.
Jangan buru-buru langsung menggendong atau membantu mereka, cukup berikan semangat dan pujian, dukung mereka untuk berdiri dan mencoba lagi. Itu adalah hal terbaik yang bisa Anda lakukan.
Mencontohkan rasa bersyukur
Perasaan berterima kasih atau bersyukur sangat berhubungan dengan kebahagiaan. Penelitian di University of California, AS, menunjukkan bahwa orang yang terbiasa menulis jurnal tentang rasa syukurnya secara teratur akan merasa lebih optimis, dan merasa lebih baik tentang kehidupan mereka secara keseluruhan.
Sebuah studi tahun 2012 tentang rasa syukur menemukan bahwa orang yang bersyukur menikmati hubungan yang lebih baik dan itu bisa menjadi kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih bahagia.
Salah satu cara terbaik untuk membantu anak agar bisa lebih bersyukur adalah dengan memberi contoh seperti apa rasa bersyukur ini sendiri.
Jadikan kebiasaan keluarga untuk membicarakan hal-hal yang kita rasa syukuri, baik saat makan bersama maupun sebelum tidur.
Ini akan membantu anak-anak belajar mencari hal-hal yang dapat mereka syukuri dalam kehidupan sehari-hari. Biasakan juga untuk mendorong anak mengucapkan terima kasih kepada orang lain.
Baca Juga: Stop Jadi People Pleaser! Langkah Awal Jalani Hidup Lebih Bahagia
Baca Juga: Susah-susah Cari Uang, Ternyata Ini Sumber Bahagia yang Sebenarnya