Sonora.ID – Pandemi Covid-19 yang masih menjalar hingga sekarang membawa berbagai dampak yang dinilai kurang menyenangkan.
Di tahun 2020, berdasarkan survei yang dilakukan Innovative Financing Lab UNDP bila 21 persen pengusaha tutup akibat wabah ini.
Saat dinilai Covid-19 telah berkurang pada kuartal II 2021, data survey dari Asia Development Bank secara nasional ada 1,8 responden yang menyatakan tutup usaha akibat pandemi.
Hal tersebut menandakan adanya peningkatan UMKM tetap berjalan dan harus bertahan di masa pandemi ini.
Banyak orang yang perlu memutar otak untuk melakukan inovasi demi tidak mengalami kerugian atas bisnisnya bahkan sebisa mungkin untuk tidak gulung tikar atas apa yang sudah ia bangun.
Kepulihan sektor UMKM serta semangat juang untuk mempertahankan bisnis dapat terlihat dari salah satu pengusaha mabel, Abdul Muni asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Pengakuannya terhadap Kompas.id, bahwa sebelumnya ia selalu kebanjiran pemesanan dari dalam ataupun luar kota dengan berbagi jenis mabel dari hasil produksinya.
Namun, setelah pandemi Covid-19 pemesanan tersebut mulai menurun bahkan sempat di tahun 2020 benar-benar tidak ada pemesanan sama sekali.
Hingga akhirnya di tahun 2021, Abdul Muni ini hampir merumahkan para karyawannya karena tak mampu untuk membayar gaji.
Baca Juga: Potensi Ekspor Indonesia Tahun 2021, Pemerintah Dorong Produktivitas UMKM
Namun, suatu mukjizat dan pemikiran cemerlang datang dari Abdul Muni.
Akhirnya ia memberanikan diri untuk banting setir ke produksi peti mati, keputusan yang diambilnya tersebut merupakan hal yang tepat.
Sebab, bahan dan alat yang digunakannya dapat ia ambil dari bahan mabel sebelumnya dan justru produksi peti mati ini membawanya pada keuntungan di tengah pandemi ini.
Omset yang didaptkan Abdul juga kembali naik bahkan dikatakan lebih dari omset terakhir kali ia dapatkan.
“Sebulan itu kita bisa jual 35 hingga 50 lebih, dengan adanya ini kami bisa bernapas dan lega sedikit, bisa bayar karyawan dan kami tetap tidak tutup dan tetap berjalan” kaya Abul Muni pada tim Kompas.id.
Produksi peti mati ini biasanya dipesan oleh rumah sakit terdekat dan rumah sakit kabupaten yang digunakan sebagai rujukan pasien Covid-19.
Salah satu yang rutin memesan peti mati adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waluyo Jati, Kraksaan, Probolinggo.
Diketahui sedikitnya mereka telah menggunakan 110 peti mati yang digunakan untuk pasien Covid-19.
Baca Juga: UMKM Denpasar Harus Bangkit, Walikota: Digital Marketing Solusi saat Pandemi