Jakarta, Sonora.Id — Komunitas Read Aloud Indonesia (RAI) bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengadakan peringatan Hari Baca Nyaring se-dunia atau World Read Aloud Day (WRAD) 2022.
Read Aloud (membacakan nyaring) adalah sebuah aktivitas membacakan cerita kepada anak secara rutin dan terus menerus yang berdampak membuat anak biasa mendengar, mau membaca dan akhirnya bisa membaca.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadi-em Makarim mengatakan aktivitas read aloud sangat penting untuk membangun pengetahuan yang dibutuhkan ketika membaca.
“Dengan baca nyaring hubungan anak dengan orang tua semakin dekat. Kemampuan berbahasa semakin terasah,” ucap Nadiem mengawali kegiatan peringatan WRAD 2022 di Perpustakaan Nasional, Rabu, (02/02/2022).
Nadiem menambahkan, melalui metode read aloud orang tua memberikan contoh cara membaca yang baik, benar, lancar, fasih, dan bermakna. Melihat orang tuanya bercerita, secara tidak langsung anak akan mendapatkan banyak kosakata yang merupakan modal bagi anak untuk bisa berbicara, membaca, dan menulis.
Baca Juga: Menteri Nadiem Minta Pelaksanaan Asesmen Nasional dengan Prokes yang Ketat
Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri, menambahkan saat ini aspek literasi dan numerasi menjadi bagian dari strategi pengajaran dan penguatan dalam belajar. Kami akan menjadikan kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan berkesan.
“Strategi kami, sebelum memulai aktivitas belajar, guru bisa membacakan cerita dan siswa menyimak. Lain waktu bergantian,” tambah Jumeri.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, menjelaskan kenapa membaca itu penting? Karena tulisan itu memonopoli kebenaran.
“Invasi secara pemikiran bisa lebih dahsyat seribu kali lipat daripada perang fisik,” ujar Syarif Bando.
Bahkan, kondisi di masa awal kemerdekaan angka melek aksara masyarakat Indonesia baru 2%. Maka dari itu, fokus pembangunan di awal kemerdekaan pada pemberantasan buta huruf.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Presiden Jokowi menekankan percepatan pembangunan dengan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.
“Peningkatan kualitas SDM sangat terkait dengan kegemaran membaca yang membudaya sebab usaha tersebut berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar,” lanjut Kepala Perpusnas.
Sementara itu, Founder Reading Bug sekaligus Pembina Read Aloud Indonesia, Rossie Setiawan, menerangkan bahwa kegiatan baca nyaring adalah kegiatan sederhana. Orang tua menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh anak.
Dari aktivitas read aloud, anak akan banyak mendapatkan kosakata yang pada akhirnya mendorong anak untuk berbicara.
“Read aloud adalah cara mudah untuk mengembangkan literasi sejak dini,” imbuh Roosie.
Roosie kembali menerangkan bahwa tujuan dari read aloud bukan untuk menyelesaikan satu buku, melainkan proses interaksi, dialog, kedekatan komunikasi anak dengan orang tua.
Tradisi ini yang di era sekarang berkurang akibat pergeseran budaya. Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia, Semiarto Aji Purwanto, menjelaskan sejak dulu nenek moyang Indonesia telah terbiasa dengan tradisi tutur (lisan). Membacakan dongeng setiap kali sebelum anak tidur.
"Kehadiran medium digital seperti YouTube dan sebagainya malah menggeser peran yang semestinya diperankan para orang tua. Misalnya, kedekatan (bonding) antara anak dengan orang tua yang kini lebih banyak diambil alih oleh dunia digital," ujar Semiarto.
Kegiatan read aloud semestinya dilakukan secara rutin setiap hari selama 10-15 menit. Selama read aloud, orang tua menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh anak serta menggunakan intonasi dan ekspresi yang menggambarkan isi cerita sehingga anak tertarik untuk mendengarkan, menyimak, fokus, merasa senang, berimajinasi tentang isi cerita, dan akhirnya mendapatkan pengetahuan baru.