Sonora.ID – Tidak hanya untuk dirinya sendiri, merajut harapan untuk bisa menjadi lebih maju seperti orang yang normal bersama kelompok difabel dilakukan oleh seorang barista tuli, Mario Lado.
Mario, barista pertama di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur bermimpi membangun rumah kopi dan membuka lapangan pekerjaan untuk sesame komunitas tuli lainnya.
Kemampuannya dalam meracik kopi tersebut ternyata membuahkan hasil. Kemampuan serta mimpinya satu-satu mulai terwujud. Salah satunya berkat bantuan dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT.
Kemampuan serta mimpi Mario Lado dalam menjadi barista telah diakui setelah lolos seleksi yang dilakukan di Bandung, Jawa Barat.
Setelah berakhirnya masa pelatihan, ia kembali ke Kupang dan membangun sebuah rumah Kopi yang diberi nama Café Inklusif.
Café ini akan mulai beroperasi di bulan April mendatang dengan mempekerjaan sesame orang tuli.
Melalui penerjemah ia mengatakan bahwa banyak orang tuli yang tidak percaya diri karena kondisi yang telah dialami, apalagi bila situasi lingkungan yang tidak mendukung.
Ia juga mengatakan bahwa, ia ingin membangun harapan kelompok difabel bisa maju seperti orang normal. Salah satu cara yang ia lakukan dengan membuka lapangan pekerjaan di rumah kopi ini.
Bukan hanya ingin membangkitkan semangat dan membangun kesetaraan, namun bisnis rumah kopi yang bangun tersebut karena adanya peluang di NTT.
Baca Juga: Membangun Optimisme Pelaku Usaha dalam Memandang Situasi Pandemi
19 kabupaten/kota dari 22 di NTT merupakan wilayah penghasil kopi yang cukup terkenal. Misalnya kopi Manggarai dan Kopi Bajawa.
Diketahui, lahan kopi di Kabupaten Manggarai Timur di Provinsi NTT ini memiliki luas sekitar 23.450 hektar dan lahan kopi terkecil berada di Kabupetn Malaka yang memiliki luas sekitar 51 hektar.
Potensi tersebut juga membuka kesempatan pada petani kopi yang berada di NTT. Terdapat 80 ribu petani kopi yang telah menyebar di NTT dengan luas seribu meter persegi untuk tiap petani.
Sayangnya, tempat Mario membuka bisnis kopi tersebut tidak ada lahan kopi. Meski begitu ia tak putus asa untuk tetap melanjutkan mimpinya dalam membangun usaha ini.
Ketua Dekranasda NTT Julie Laiskodat mengatakan, secara individu, Mario memiliki kemampuan dan semangat untuk maju.
”Dia ingin maju dan menjadi contoh bagi komunitasnya,” ujar Julie.
Julie berkomitmen mengakomodasi komunitas difabel di NTT yang ingin maju lewat usaha kecil dan menengah.
Tak hanya kopi, masih banyak usaha lain yang bisa digeluti, seperti tenun, makanan dan minuman dari bahan lokal, serta kerajinan khas daerah.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.id, dengan judul Mimpi Barista Tuli di Kupang.
Baca Juga: 3 Pebisnis Muda Sukses Indonesia, Salah Satunya Menyimpan Kisah Haru