Bandung - Merebaknya kasus Covid-19 varian Omicron, tidak membuat Provinsi Jawa Barat (Jabar) kehilangan pertumbuhan ekonominya.
"Selama 2 tahun kita mengalami pandemi, dan selama itu pula kita belajar bagaimana menghadapi pandemi. Saat ini Omicron tengah merebak, memang berpengaruh, tapi kita sudah tahu bagaimana menanganinya," ucap Kepala Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat, Herawanto usai acara media briefing “Perekonomian Jawa Barat 2021 dan Prospek 2022” di Kantor BI Jabar, Jl. Braga Kota Bandung, Selasa (8/2/2022).
"Namun demikian, Jabar harus mengatur strategi kebijakannya antara ekonomi dengan kesehatan agar para pelaku usaha bisa mendapatkan kepastian," ucapnya lagi.
Herawanto mengatakan, tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Jabar diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,0-5,8 persen (year on year - yoy), terutama didukung oleh perbaikan permintaan domestik dan masih besarnya potensi perbaikan kinerja ekspor dan investasi.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19, Stok Oksigen di Jawa Barat Aman
"Geliat perbaikan ekonomi pada awal tahun 2022 telah nampak pada beberapa indikator dini seperti Indeks Keyakinan Konsumen di Jawa Barat sebesar 105,66 dan Prompt Manufacturing Index triwulan I 2022 yang sebesar 59,0," papar Herawanto.
"Optimalisasi perekonomian Jawa Barat di tahun 2022 juga ditopang oleh kinerja infrastruktur, antara lain Jalan Tol Cisumdawu dan BIJB sebagai hub logistik," imbuhnya.
Selain itu, kata Herawanto, potensi perekonomian Jabar ke depan juga menunjukkan optimisme sejalan dengan didorongnya inklusivitas ekonomi dengan pembangunan Jabar Utara dan Jabar Selatan.
Berkaitan dengan hal tersebut, peluang investasi masih terbuka lebar, baik proyek strategis nasional (PSN) seperti Pelabuhan Patimban, Bendungan Cipanas, maupun investasi swasta seperti pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) dan pengembangan industri kendaraan listrik.
Di sisi lain, masih tingginya peluang sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang semakin mengimplementasikan green economy, yang sekaligus merupakan salah satu agenda penting pada G-20 2022.
Baca Juga: Tahun 2021 Provinsi Jawa Barat Tertinggi dalam Realisasi Investasi
"Jawa Barat juga pernah menghadapi kenaikan kasus dengan mengambil kebijakan PPKM berlevel. Namun dengan tim dan satgas yang lebih siap, harapannya ekspektasi ekonomi tetap bisa dikelola dengan baik. Sehingga setelah Omicron ini berlalu, bisa dikelola lagi ekonominya," kata Herawanto.
Herawanto memprediksi, ekonomi triwulan I/2022 tidak akan tetap on the track, walaupun ada ancaman Omicron.
"Selain omicron, tantangan ekonomi global juga akan dihadapkan pada kondisi di mana inflasi akan naik serta kebijakan ekonomi global yang berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala OJK Jawa Barat, Indarto Budiwitono, memaparkan, pada tahun 2021 penyaluran pembiayaan di Jawa Barat tumbuh sebesar 6,15%, atau tertinggi kedua setelah Banten. Prosentase ini melonjak tinggi dibandingkan tahun 2020 yang hanya bertumbuh 2,87.
"Pertumbuhan pembiayaan tersebut sejalan dengan kinerja perbankan yang tumbuh positif, baik dari sisi asset, DPK dan kredit," papar Indarto.
"Di sisi lain, tingkat NPL masih terjaga. Posisi NPL per Desember 2021 juga membaik menjadi 3,51 persen dibanding Desember 2020 sebesar 3,90 persen," paparnya lagi.
Indarto menambahkan, stabilitas sektor keuangan pada 2022 diperkirakan semakin baik didukung oleh kinerja perbankan, IKNB dan pasar modal yang semakin baik.
Baca Juga: Perbasasi Jabar Siapkan Atlet-Atlet Berprestasi Untuk Hadapi Pon 2024