Tahun lalu, harian bisnis Rusia RBK merilis laporan tentang ekspor rahasia Rusia ke Amerika meningkat 83 persen dari US$706 juta menjadi US$841 juta. Sebagian besar barang yang diekspor terdiri dari unsur-unsur kimia radioaktif dan isotop radioaktif, termasuk uranium yang diperkaya untuk PLTN. Selain itu, Rusia juga memasok senjata api sipil dan amunisi untuk Amerika.
Tidak saja ke Amerika Serikat, Jerman dan Ceko juga mengimpor komoditas serupa. Jerman mengimpor produk kimia anorganik dan unsur-unsur radioakti dan isotop yang nilainya mencapai US$ 302 juta atau naik 57,2 persen dari US$173 juta. Sementara Ceko memborong pesawat dan suku cadangnya, juga beragam senjata dan amunisi. Nilainya mencapai US$706 juta atau naik 700 persen dari sebelumnya hanya US$102 juta.
“Ini belum soal impor energi dari Rusia ke negara-negara Eropa, jumlahnya tetap besar karena proyek Amerika dan NATO untuk meruntuhkan Suriah gagal total. Jadi, ada ketergantungan besar pada negara-negara yang ribut terhadap Rusia. Amerika itu ibarat mantan pejabat yang post power syndrome,” tutupnya.
Sementara itu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga angkat suara soal perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Dengan tegas, Jokowi menyatakan sikapnya soal ketegangan dua negara yang menghebohkan dunia.
"Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia, dan membahayakan dunia," ujar Presiden Jokowi, Kamis, (24/2/22)