"Dengan begitu, pelaksanaan Tawur Kesanga bisa lebih khusuk dan khidmat," ujarnya, kepada Smart FM Banjarmasin.
Jauh sebelum Mecaru dan Tawur Kesanga, dua hari sebelumnya, umat Hindu di Kalsel juga menggelar rangkaian acara lainnya menyambut Hati Raya Suci Nyepi.
Yakni, dengan melakukan ritual Melasti. Atau upacara penyucian diri. Lokasinya, berada di Pantai Madani, di Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu.
"Angayutaken laraning jagat, letuhing bhuwana, ngamet sarining amerta ring telenging segara," tutur Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putra.
"Artinya, menghayutkan penderitaan masyarakat dan alam yang kotor, lalu mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan," lanjutnya.
"Secara sederhana, menghanyutkan kotoran dunia termasuk juga penyakit di dunia. Baik secara medis atau pun secara psikis, dihanyutkan ke laut. Begitu yang tertulis dalam kitab suci kami," tambahnya.
Sementara itu, di dalam ritual Tawur Kesanga, dijelaskan Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putra, merupakan upacara yang dilakukan untuk kesejahteraan dan keselarasan alam. Di samping itu, upacara ini juga bertujuan untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual.
"Agar apa? Ketika melaksanakan Catur Brata Penyepian besok (hari ini, red), kita bisa kembali mendapatkan kembali anugerah dari Tuhan," tuturnya.
Dia menambahkan, saat Catur Brata Penyepian pun, ada empat hal yang tidak boleh dilakukan. Di antaranya yakni, Amati Geni atau tidak menghidupkan api. Amati Karya atau tidak bekerja.
Baca Juga: Sudah Banyak Korban, Eks Galian Pipa Air Limbah di Banjarmasin Amblas
Lalu, Amati Lelungan atau tidak bepergian dan Amati Kelangan atau tidak bersenang-senang. Ke semua itu dilakukan semata-mata agar umat bisa merenungkan apa yang telah dilakukan selama setahun yang telah lewat.
"Jadi istilahnya, melakukan perenungan atau introspeksi diri apa yang sudah kita lakukan tahun kemarin dan apa yang akan kita lakukan di tahun yang akan datang," jelasnya.
Lebih jauh, tahun ini, tema yang diangkat adalah Aktualisasi Nilai Tat Twam Asi dalam Moderasi Beragama Menuju Indonesia Tangguh.
Untuk itu, dalam perenungan yang dilakukan, Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putra, menekankan agar seluruh umat Hindu bisa menerapkannya. Hingga terwujudnya keharmonisan hubungan antar sesama manusia atau umat beragama.
"Tanpa membeda-bedakan ras, suku, dan agama. Bila kita harmonis di dunia, maka setidaknya kita sudah menciptakan surga di dunia," tekannya.
"Dan tentu, kita sama-sama mendoakan semoga bangsa ini dibebaskan dari penyakit yang saat ini masih membelenggu kita, yakni covid-19," tutupnya.
Baca Juga: Wabup Tanbu Datangi Balai Kota Banjarmasin! Ini yang Dibicarakan