Nyepi & Tahun Baru Saka 1944 di Banjarmasin: Keharmonisan Antar Umat Beragama

3 Maret 2022 11:05 WIB
Perayaan di Pura Agung Jaagat Natha
Perayaan di Pura Agung Jaagat Natha ( Smart FM Banjarmasin / Juma)

Banjarmasin, Sonora.ID – Berakhirnya pandemi covid-19, menjadi harapan umat hindu di Banjarmasin berharap pandemi covid-19 di hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944.

Selain itu, melalui upacara Mecaru hingga Tawur Kesanga, umat Hindu di Banjarmasin juga berharap kerukunan umat beragama kian terjaga.

Di sisi lain, seperti yang diketahui bersama, upacara Mecaru hingga Tawur Kesanga yang dilakukan kali ini adalah tahun ketiga di tengah suasana Pandemi covid-19. 

Seperti umat agama lainnya, upacara yang digelar juga menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat. Kemudian, yang hadir dalam pura pun hanya 50 persen dari total kapasitas. 

Di Pura Agung Jaagat Natha yang berlokasi di jalan Gatot Subroto Banjarmasin, puluhan umat hindu mengikuti seluruh rangkaian peribadatan, Rabu (02/3) petang. 

Misalnya upacara Mecaru, yang bertujuan menetralisir segala macam hal negatif. Digelar sebelum memulai Tawur Kesanga, atau upacara puncak sebelum menyambut Hari Raya Nyepi. 

Dipimpin seorang pendeta, upacara ini ditutup dengan adegan simbolis 'pengusiran', memindah hingga menetralisir aura negatif. 

Di situ, sejumlah umat tampak mengitari area tempat yang menjadi tempat ritual Mecaru dilakukan. Disimbolkan dengan adanya umat yang membawa obor api, pentungan hingga sapu.

Baca Juga: Masih 'Misteri' Penyebabnya! Monumen Muara Kelayan Banjarmasin Rusak 

Pendeta atau Sulinggih di Pura Agung Jaagat Natha Banjarmasin, Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putra, menjelaskan upacara Mecaru dilakukan agar saat melaksanakan Tawur Kesanga, umat tidak mengalami gangguan apa pun. 

"Dengan begitu, pelaksanaan Tawur Kesanga bisa lebih khusuk dan khidmat," ujarnya, kepada Smart FM Banjarmasin.

Jauh sebelum Mecaru dan Tawur Kesanga, dua hari sebelumnya, umat Hindu di Kalsel juga menggelar rangkaian acara lainnya menyambut Hati Raya Suci Nyepi. 

Yakni, dengan melakukan ritual Melasti. Atau upacara penyucian diri. Lokasinya, berada di Pantai Madani, di Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu. 

"Angayutaken laraning jagat, letuhing bhuwana, ngamet sarining amerta ring telenging segara," tutur Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putra. 

"Artinya, menghayutkan penderitaan masyarakat dan alam yang kotor, lalu mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan," lanjutnya. 

"Secara sederhana, menghanyutkan kotoran dunia termasuk juga penyakit di dunia. Baik secara medis atau pun secara psikis, dihanyutkan ke laut. Begitu yang tertulis dalam kitab suci kami," tambahnya. 

Sementara itu, di dalam ritual Tawur Kesanga, dijelaskan Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putra, merupakan upacara yang dilakukan untuk kesejahteraan dan keselarasan alam. Di samping itu, upacara ini juga bertujuan untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual. 

"Agar apa? Ketika melaksanakan Catur Brata Penyepian besok (hari ini, red), kita bisa kembali mendapatkan kembali anugerah dari Tuhan," tuturnya. 

Dia menambahkan, saat Catur Brata Penyepian pun, ada empat hal yang tidak boleh dilakukan. Di antaranya yakni, Amati Geni atau tidak menghidupkan api. Amati Karya atau tidak bekerja.

Baca Juga: Sudah Banyak Korban, Eks Galian Pipa Air Limbah di Banjarmasin Amblas

Lalu, Amati Lelungan atau tidak bepergian dan Amati Kelangan atau tidak bersenang-senang. Ke semua itu dilakukan semata-mata agar umat bisa merenungkan apa yang telah dilakukan selama setahun yang telah lewat. 

"Jadi istilahnya, melakukan perenungan atau introspeksi diri apa yang sudah kita lakukan tahun kemarin dan apa yang akan kita lakukan di tahun yang akan datang," jelasnya. 

Lebih jauh, tahun ini, tema yang diangkat adalah Aktualisasi Nilai Tat Twam Asi dalam Moderasi Beragama Menuju Indonesia Tangguh. 

Untuk itu, dalam perenungan yang dilakukan, Ida Rsi Wiswamitra Pawitra Putra, menekankan agar seluruh umat Hindu bisa menerapkannya. Hingga terwujudnya keharmonisan hubungan antar sesama manusia atau umat beragama. 

"Tanpa membeda-bedakan ras, suku, dan agama. Bila kita harmonis di dunia, maka setidaknya kita sudah menciptakan surga di dunia," tekannya. 

"Dan tentu, kita sama-sama mendoakan  semoga bangsa ini dibebaskan dari penyakit yang saat ini masih membelenggu kita, yakni covid-19," tutupnya. 

Baca Juga: Wabup Tanbu Datangi Balai Kota Banjarmasin! Ini yang Dibicarakan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm
Di Pura Agung Jaagat Natha yang berlokasi di jalan Gatot Subroto Banjarmasin, puluhan umat hindu mengikuti seluruh rangkaian peribadatan, Rabu (02/3) petang.