Bahkan, ada jurusan animasi yang dinilai tak murah dalam pengadaan fasilitasnya. Namun, itu semua difasilitasi secara gratis oleh sekolah ini.
Erix ingin memberikan ruang bagi anak-anak yang kurang menyukai pendidikan formal seperti dirinya. Kini, orang-orang sepertinya tak perlu khawatir ancaman drop out karena DOES University sudah memberikan solusinya.
"Bentuk protes itu aku implementasikan dengan movement yang mudah, yaitu dengan membuat sekolah sendiri. Di custom," pungkasnya.
Menurutnya, daripada mengubah sistem pendidikan di Indonesia yang memang sudah saklek, dalam arti tak bisa diubah, lebih baik membangun sekolah sendiri. Dengan begitu, peraturan dapat disesuaikan tanpa harus takut terbentur urusan politik.
Terbuka pada Ketidakpastian
Tak lupa, kunci sukses yang ia pegang adalah leluasa menerima ketidakpastian. Menurutnya, sudah sepantasnya manusia harus menerima apa pun yang terjadi.
Baca Juga: Eko Nugroho Bicara soal Seniman Muda dan Medium Baru dalam Berkarya
Manusia memang tak bisa mengendalikan takdir yang sudah ditentukan, tapi kita bisa menerimanya. Ia menambahkan, "Keputusan dan kendalinya bukan (ada di) kita. Yang bisa kita atur cuma penerimaan."
Namun, dari penerimaan itu, kita juga harus bisa bangkit dan berbenah untuk menggapai takdir yang lebih baik. Misalnya, dendam Erix pada sekolah formal yang berhasil ia balas dengan mendirikan sekolah nonformal.
Untuk itu, saat sedang terjadi masalah, terimalah takdir itu dan carilah solusi terbaik. "Ketika lagi ada masalah, kreativitas itu adalah solusi," tutupnya.
Dengarkan kisah hidup Erix Soekamto dan pergolakannya seputar dendam serta takdir dalam siniar Beginu. Ikuti siniarnya agar kalian bisa mendengarkan kisah inspiratif dari tokoh-tokoh lainnya!