Sonora.ID - Erix Soekamti merupakan seorang vokalis grup band Endank Soekamti.
Didirikan pada 2011 silam di Yogyakarta, grup ini sudah eksis selama 20 tahun.
Erix bersama anggota lainnya pun sepakat untuk terus berkarya dari kota tersebut.
Di samping grupnya yang punya gaya musik nyentrik, ternyata kehidupan Erix pun demikian.
Lelaki yang lahir di Surabaya pada 1 April 1980 ini menceritakan perjalanan hidupnya kepada Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, dalam siniar Beginu.
Pada episode bertajuk "Nasib, Takdir, dan Ilusi Kebebasan Manusia", Erix menekankan untuk memasrahkan diri pada takdir. Menurutnya, takdirlah yang membawanya hingga bisa berada di titik ini.
"Karena kamu seakan-akan punya pilihan padahal enggak punya," ungkapnya.
Awal Mula Titik Balik
Erix menceritakan bahwa dulu hidupnya seperti dikekang oleh sistem pendidikan. Minatnya terhadap musik, dirasa kurang tersalurkan dengan baik.
Baca Juga: Wisnu Nugroho, dari Keinginan Menjadi Pastor Berakhir Sebagai Jurnalis
Hal ini disebabkan karena sistem pendidikan pada saat itu mewajibkan siswanya untuk mampu menguasai pelajaran matematika. Erix pun tak lulus pada mata pelajaran itu sehingga sekolah harus tega mengeluarkannya.
Lelaki ini mengaku sempat malu karena keluarganya mayoritas adalah akademisi.
Namun, menurutnya takdir memang berpihak padanya untuk terus menggeluti dunia musik.
"Beruntungnya aku dipertemukan dengan lingkungan yang bener, dalam arti bisa membentukku dengan baik. Banyak support, banyak positifnya. Dan sesuai dengan passion-nya."
Mendirikan Sekolah Gratis karena "Dendam"
Erix mengaku, karena dikeluarkan dari sekolah, ia pun menyalurkan dendamnya dengan mendirikan sekolah gratis, yaitu DOES University.
Sekolah yang akan memasuki angkatan kedelapan ini memiliki beragam jurusan. Para siswanya pun dapat memilih dengan bebas sesuai minat dan bakat mereka.
Baca Juga: Sekolah Impian Makassar: Dedikasi Berawal dari Bisnis Laundry
"Dalam berpendidikan itu yang penting bukan sekolahnya, tapi belajarnya. Statusnya gak penting, tapi keahliannya."
Bahkan, ada jurusan animasi yang dinilai tak murah dalam pengadaan fasilitasnya. Namun, itu semua difasilitasi secara gratis oleh sekolah ini.
Erix ingin memberikan ruang bagi anak-anak yang kurang menyukai pendidikan formal seperti dirinya. Kini, orang-orang sepertinya tak perlu khawatir ancaman drop out karena DOES University sudah memberikan solusinya.
"Bentuk protes itu aku implementasikan dengan movement yang mudah, yaitu dengan membuat sekolah sendiri. Di custom," pungkasnya.
Menurutnya, daripada mengubah sistem pendidikan di Indonesia yang memang sudah saklek, dalam arti tak bisa diubah, lebih baik membangun sekolah sendiri. Dengan begitu, peraturan dapat disesuaikan tanpa harus takut terbentur urusan politik.
Terbuka pada Ketidakpastian
Tak lupa, kunci sukses yang ia pegang adalah leluasa menerima ketidakpastian. Menurutnya, sudah sepantasnya manusia harus menerima apa pun yang terjadi.
Baca Juga: Eko Nugroho Bicara soal Seniman Muda dan Medium Baru dalam Berkarya
Manusia memang tak bisa mengendalikan takdir yang sudah ditentukan, tapi kita bisa menerimanya. Ia menambahkan, "Keputusan dan kendalinya bukan (ada di) kita. Yang bisa kita atur cuma penerimaan."
Namun, dari penerimaan itu, kita juga harus bisa bangkit dan berbenah untuk menggapai takdir yang lebih baik. Misalnya, dendam Erix pada sekolah formal yang berhasil ia balas dengan mendirikan sekolah nonformal.
Untuk itu, saat sedang terjadi masalah, terimalah takdir itu dan carilah solusi terbaik. "Ketika lagi ada masalah, kreativitas itu adalah solusi," tutupnya.
Dengarkan kisah hidup Erix Soekamto dan pergolakannya seputar dendam serta takdir dalam siniar Beginu. Ikuti siniarnya agar kalian bisa mendengarkan kisah inspiratif dari tokoh-tokoh lainnya!