Saat meminta maaf karena suatu kesalahan, penting untuk menunjukkan rasa penyesalan yang nyata.
Selain menunjukkan kerentanan, menunjukkan rasa peyesalan juga membuat kita terlihat berani.
Tidak ada kata “jika” atau “tapi”
Permintaan maaf yang tulus tidak perlu peringatan atau kualifikasi.
Nah, kata 'tapi' hampir selalu menandakan adanya rasionalisasi, kritik, atau alasan.
Jadi, meski apa yang kita katakan setelah kata “tapi” itu benar, dengan mengatakannya akan membuat permintaan maaf kita terasa salah dan tak berguna.
Baca Juga: Duh, Rizky Febian Terseret Kasus Doni Salmanan, 'Kami Siap Kembalikan Rp 400 Juta'
Jangan berlebihan
Buatlah permintaan maaf singkat dan jangan berlebihan, sampai merusak barang teman jika kita lupa mengembalikan barang miliknya-misalnya.
Permintaan maaf yang berlebihan tidak hanya menjengkelkan, namun juga akan mengganggu alur percakapan, dan mengalihkan fokus dari sasaran kita.
Tetap fokus
Saat meminta maaf, perhatian kita seharusnya berfokus pada dampak kata-kata atau perbuatan, bukan pada niat kita.
Jadi, perhatikan situasi yang ada, dan tetaplah fokus pada kebutuhan orang yang terluka.
Bukan kata 'maaf' yang menyembuhkan luka," ungkap Lerner. "Namun, pihak yang terluka ingin tahu bahwa kita benar-benar mengerti dan memvalidasi perasaan dan perhatian mereka,” tambah dia.
Permintaan maaf yang baik adalah awal
Dalam bukunya, Why Won't You Apologize, Lerner mengingatkan, permintaan maaf bukanlah satu-satunya kesempatan untuk mengatasi masalah awal dengan pihak yang terluka.
“Permintaan maaf adalah kesempatan untuk membangun landasan bagi komunikasi di masa depan," tulis Lerner.
Ingat, permintaan maaf merupakan awal. Jadi, ketika dilakukan dengan perhatian dan hati-hati, permintaan maaf itu bisa memperdalam hubungan.