Pontianak, Sonora.ID - Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Harisson mengatakan, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang lahir karena kemajemukan dan perbedaan yang dipersatukan oleh kesadaran kolektif untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
“Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan yang melibatkan seluruh kekuatan bangsa bertumpu pada semangat dan militansi rakyat,” ucap Harisson.
Pernyataan tersebut dilakukaan saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Penataan Ruang Wilayah Pertahanan Nasional bersama Kementerian Pertahanan Republik Indonesia di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Kamis (17/3).
Perjuangan panjang bangsa untuk bersatu, diwarnai oleh perjuangan fisik yang panjang dari generasi pendahulu bangsa untuk merdeka.
Perjuangan yang diawali dari sebuah kebangkitan nasional hingga ikrar untuk membela, mempertahankan kemerdekaan, dan menegakkan kedaulatan tercetus dalam sumpah pemuda bukan merupakan hal yang mudah bagi bangsa indonesia demi menegakkan kedaulatan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Baca Juga: Wakil Gubernur Kalbar Puji Singkawang Jadi Kota Wisata Terbaik
“Berbagai ancaman terhadap kepentingan nasional sangat sulit diidentifikasi dan dianalisa dengan pendekatan konvensional. Ancaman yang paling nyata dihadapi oleh Bangsa Indonesia pada saat ini adalah masalah kebangsaan serta ancaman militer dan non militer,” ujar Harisson.
Ia mengatakan, beberapa kondisi keamanan dalam negeri masih berat untuk diselesaikan, seperti konflik komunal, terorisme, radikalisme, dan gerakan separatisme, di beberapa daerah juga merupakan ancaman serius bagi keutuhan bangsa dan negara Indonesia.
“Keterlibatan seluruh stakeholder terkait sangat diperlukan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang. Informasi yang diberikan harus benar-benar terpercaya dan disertai dengan data yang akurat, harus sinkron dengan fungsi-fungsi pertahanan keamanan negara" ungkap Harisson.
Ia juga menerangkan contoh dari pertahanan kemanan negara tersebut, misalnya ada daerah yang secara darurat digunakan sebagai landasan pesawat-pesawat tempur, maka bangunan di sekitar bandara tidak boleh tinggi.
Begitu juga dengan fungsi-fungsi lain, seperti jalan, pelabuhan, harus ada sinkronisasi dengan fungsi ketahanan dan keamanan negara
Sementara itu, Direktur Kebijakan Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Brigadir Jenderal TNI.
Oktaheroe Ramsi, mengatakan dinamika perkembangan di lingkungan strategis yang menonjol saat ini telah mempengaruhi pertahanan negara.
Diantaranya modernisasi militer memicu perlombaan persenjataan, pelanggaran wilayah perbatasan, intervensi asing, separatisme, pemberontakan bersenjata, serta ancaman-ancaman lainnya.
Penyiapan wilayah negara sebagai pertahanan yang menerapkan strategi pertahanan berlapis merupakan penyiapan gugusan kepulauan Indonesia dengan titik kuat pada pulau-pulau besar diantaranya adalah Pulau Kalimantan.
“Diperkirakan ancaman yang timbul kedepan nanti ada tiga lapis mandala pertahanan, yang terdiri dari mandala pertahanan luar, mandala pertahanan lapis pertama, dan mandala pertahanan dalam,” ungkap Brigadir Jenderal TNI Oktaheroe Ramsi.
Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Pelayanan, PLN Grup Kalimantan Perkuat Sinergi dengan Polda Kalbar