"Kami juga masih menjaga keaslian gedung Stasiun Garut yang lama sebagai bentuk pelestarian bangunan bersejarah," ungkap Didiek.
Didiek memaparkan, pengoperasian jalur KA ini selain untuk menyediakan jasa transportasi KA yang terjangkau, juga diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Garut khususnya dari potensi kebangkitan wisata, termasuk membantu para pengusaha kecil di sekitar stasiun dalam memasarkan produk lokal mereka dengan kehadiran Pojok UMKM. Terdapat 1.077 bangunan permanen dan semi permanen di lintas serta 911 KK yang terdampak dari pelaksanaan reaktivasi jalur Garut – Cibatu ini.
Didiek juga mengatakan, sebagai bentuk apresiasi, KAI mengabadikan seluruh warga terdampak dari pembangunan reaktivasi dalam prasasti yang terletak pada setiap stasiun KA yang beroperasi sebagai simbol, bahwasanya pelaksanaan reaktivasi jalur ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa peran serta warga Garut.
Baca Juga: PT KAI Kembali Jalankan Uji Coba KLB Cibatu-Garut, Cek Jadwalnya!
"Selain menghadirkan prasasti, kami juga melakukan penghijauan dan penggunaan energi baru terbarukan pada Stasiun Garut yang baru. Ada 83 batang pohon dan tanaman pada area Stasiun Garut yang kami tanam untuk mendukung program BUMN Hijaukan Indonesia," papar Didiek.
"Total KAI telah menanam sebanyak 56 ribu pohon di stasiun, kantor, dan berbagai lokasi lainnya di wilayah operasi KAI. KAI juga telah memasang pembangkit listrik tenaga surya di Stasiun Garut dengan kapasitas total sebesar 60 kWp," pungkasnya.
Pada kesempatan ini KAI juga meresmikan pengoperasian KA Cikuray rute Garut - Pasar Senen pp dan KA Garut Cibatuan rute Garut - Purwakarta pp.
Namun cukup disayangkan, pada momen peresmian jalur KA ini, penerapan protokol kesehatan (prokes) bagi warga terlihat diabaikan.
Dari pantauan, ratusan warga yang sangat antusias menyaksikan peresmian, berkumpul di luar area Stasiun Garut tanpa mengindahkan prokes, bahkan banyak diantaranya yang tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak.