Sonora.ID - Bank Indonesia berkomitmen untuk mendorong jumlah pengguna QRIS melalui Program 15 juta pengguna baru di tahun 2022. Guna meningkatkan konsumsi masyarakat, Bank Indonesia mendorong penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di berbagai komunitas.
”Untuk mendukung capaian ini, Sumatera Utara ditargetkan penambahan 980 ribu pengguna baru QRIS atau secara akumulatif menjadi 1,34 juta pengguna ORIS di akhir tahun 2022,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara, Doddy Zulverdi pada acara Pre-Event (Road To) FEKDI KPwBI Provinsi Sumatera Utara 2022: Semarak Digital Sumut, Kamis (24/03/2022).
Kegiatan ini dirangkai talkshow dengan menghadirkan sejumlah narasumber kompeten, baik dari sisi penyedia jasa pembayaran, SuperApp, maupun perwakilan konsumen diantaranya: Sinta Setyaningsih — Vice President Public Affairs PT. Visionet Internasional (OVO), Tricia Iskandar — Vice Presdient Public Policy & Government Relations PT.GoJek Indonesia, Lyodra Ginting — Public Figure/ Influencer dengan Moderator Sara Wayne, News Anchor MetroTV.
”Insight yang di dapat dari para narasumber kami harapkan mampu mendorong penggunaan layanan keuangan digital kegiatan transaksi antara pelaku usaha dan konsumen di Sumatera Utara,” sebut Doddy.
Doddy menerangkan, Bank Indonesia bersama dengan penyelenggara jasa pembayaran akan terus berupaya memberikan kemudahan dalam pemanfaatan transaksi non tunai di berbagai lapisan masyarakat.
Baca Juga: BI Bahas Agenda Prioritas Presidensi G20, Dorong Perbaikan Ekonomi
”Sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran di Indonesia, Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi dan memperkuat sistem pembayaran yang CEMUMUAH atau cepat, mudah, murah, aman, handal. Ini sejalan dengan upaya peningkatan konsumsi masyarakat guna mendukung pemulihan ekonomi,” imbuh Doddy.
Menurutnya, peningkatan akseptansi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja secara daring perlu diperkuat dengan dukungan kebijakan Bank Indonesia. Karenanya inovasi sistem pembayaran terus didorong, termasuk pengembangan infrastruktur BI-FAST dan akseptasi transaksi QRIS melalui perluasan layanan, pendampingan kepada peserta, dan edukasi kepada masyarakat.
BI-FAST merupakan layanan fast payment yang dikembangkan Bank Indoesia sejak Desember 2021 untuk menciptakan infrastruktur SP ritel nasional yang lebih aman, efisien, serta customer centric melalui fitur operasional 24/7, setiement real time, notifikasi otomatis, proxy address, dan fraud detection system.
Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia, biaya per biaya pertransaksi dari Penyedia Jasa Pembayaran ke Nasabah ditetapkan maksimal Rp2.500. BI-FAST diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam bertransaksi bagi masyarakat umum dan pelaku usaha. BI terus mendorong terwujudnya SP digital melalui fast payment sebagai game changer dalam mendukung pengembangan keuangan digital dan pemulihan ekonomi.
”Digitalisasi telah melahirkan berbagai peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan inklusi keuangan bagi UMKM. Tersedianya akses dan layanan keuangan yang mudah dijangkau oleh UMKM menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan ketahanan UMKM terhadap guncangan ekonomi,” ungkap Doddy.
Doddy menanmbahkan, inklusi keuangan digital menjadi salah satu agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022 demi mendukung tema “Recover Together, Recover Stronger”.
Dengan memanfaatkan digitalisasi, inklusi keuangan dapat didorong untuk meningkatkan produktivitas dan inklusivitas ekonomi yang berkesinambungan khususnya pada kelompok UMKM termasuk UMKM yang dimiliki oleh kelompok wanita dan kaum muda.
Sementara itu, UMKM di Indonesia juga mampu beradaptasi dengan cepat dan beralih ke bisnis berbasis digital. Survei Bank Indonesia pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa 204 UMKM Indonesia mampu memitigasi dampak pandemi dengan melakukan digitalisasi bisnis/usaha memanfaatkan media pemasaran online.
Nilai Transaksi UE
Dalam sambutannya Doddy menyatakan, pada Februari 2022, nilai transaksi uang elektronik (UE) tumbuh 41,35% (yoy) mencapai Rp27,1 triliun dan nilai transaksi digital banking meningkat 46,53% (yoy) menjadi Rp3.732,8 triliun. Bank Indonesia pada tahun 2022 memproyeksi transaksi e-commerce naik menjadi Rp526 trillun atau sebesar 31,2% dari capaian tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp401 triliun.
”Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar besar dan potensial untuk menyerap arus digitalisasi,” papar Doddy sembari menambahkan faktor kemajuan teknologi, digitalisasi produk dan layanan keuangan, serta aktivitas bisnis online dapat mendukung UMKM dalam mempertahankan pendapatan dan bisnis di tengah pandemi Covid-19.
Sebelum menutup sambutannya, Doddy berharap Semarak Digital Sumut dapat menjadi salah satu kegiatan yang dapat membuka wawasan para pelaku usaha, masyarakat umum termasuk di antaranya generasi muda untuk memanfaatkan kanal digital dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.