Sonora.ID - Kita tidak dapat menampik pernyataan bahwa semua orang membutuhkan cinta. Segala keberlangsungan hal baik di dunia tidak terlepas dari apa yang dikatakan sebagai perasaan cinta.
Seiring berkembangnya zaman, kata cinta mengalami penyempitan makna hanya sebatas pada hubungan romansa.
Padahal, cinta dapat diberikan kepada siapa saja, termasuk ke benda maupun hal-hal yang kita sukai.
Akan tetapi, berbicara mengenai cinta romansa, dijelaskan bahwa cinta pada hakikatnya sudah ada namun ia menunggu kita menghampirinya.
Hal ini juga bermaksud bahwa sebagai manusia, kita harus berusaha untuk mencari kebahagiaan diri sendiri dan tidak hanya berpangku tangan menunggu hal itu datang menghampiri.
Dalam siniar Smart Inspiration bagian Smart Happiness, Arvan Pradiansyah mengungkapkan bahwa cinta itu sebenarnya menunggu, tetapi manusialah yang mencarinya. Pembahasan ini terdapat dalam episode “Cinta yang Menunggu, Manusia yang Mencari”.
Baca Juga: 6 Cara Halus Menolak saat Ditembak Cewek Tanpa Menimbulkan Dendam
Perlukah Kita Mencari Cinta?
“Cinta itu kan sesungguhnya sesuatu yang dicari oleh setiap orang dalam hidup. Mulai dari kita lahir ke dunia, kita sudah mendambakan cinta, kita sudah mendambakan kasih sayang. Karena kasih sayang atau cinta itu merupakan kebutuhan emosional yang sangat mendasar,” ujar Arvan.
Menurutnya, saat seseorang beranjak dewasa dan menjadi independen kita cenderung akan mencari cinta yang berbeda. Pada saat kecil, ketika cinta kita masih dependen, kita akan menerima cinta yang melindungi terutama dari orangtua.
Namun, beranjak dewasa, kebutuhan cinta kita adalah cinta yang setara yaitu dari orang yang bisa mengarungi hidup bersama-sama dengan kita.
Orang yang bisa diajak berbagi mengenai masalah kita, cerita hidup kita, dan bisa diajak tumbuh bersama.
Cinta menunggu karena ia adalah takdir manusia. Dengan mencari pasangan yang bisa saling memahami, kita dapat tumbuh bersama dan menjadi lebih baik ke depannya.
Tuhan sudah menitipkan banyak cinta di dunia yang menunggu manusia untuk menjemputnya.
Tuhan juga menciptakan segala hal berpasang-pasangan. Hal yang tidak berpasangan itu adalah khalik, atau sang pencipta karena ia tidak membutuhkan siapa pun.
Kalau kita belum menemui cinta, artinya pencarian kita masih kurang. Kemudian, sering terjadi muncul juga prioritas-prioritas lainnya dibanding cinta.
Dengan hidup yang penuh dengan pilihan, hal ini sah-sah saja. Namun perlu diingat bahwa cinta menunggu kita diluar sana.
Baca Juga: 5 Tips Membangun Hubungan Komunikasi yang Sehat dengan Pasangan
Bagaimana Saintis Memandang Cinta?
Sebuah database publikasi ilmiah menghasilkan lebih dari 6.600 halaman dari hasil pencarian kata "love" secara daring hingga 2018.
Meskipun kata cinta merujuk pada perasaan atau kata sifat, namun cinta sering digambarkan sebagai penyakit, seperti mabuk cinta.
Richard Schwartz, profesor psikiatri di Harvard Medical School (HMS), mengatakan tidak pernah terbukti bahwa cinta membuat seseorangan dapat sakit secara fisik.
Namun, cinta bisa meningkatkan kadar kortisol dan hormon stres yang telah terbukti menekan fungsi kekebalan tubuh.
Cinta juga mengaktifkan neurotransmitter dopamine atau yang lebih dikenal pusat kesenangan otak.
Hal ini menunjukkan bahwa memiliki perasaan cinta terhadap kekasih dapat membuat seseorang bahagia.
Namun, berada dalam suatu hubungan tentu harus siap dengan risiko naik turunnya perasaan ini karena berbagai faktor.
Sejalan dengan pendapat Schwartz yang mengatakan, seperti bulan, cinta memiliki fase-fasenya tersendiri.
“Ini cukup kompleks, dan kami (para peneliti) hanya tahu sedikit tentangnya,” ujar Schwartz.
“Ada fase dan suasana cinta yang berbeda. Misalnya fase awal cinta sangat berbeda dari fase selanjutnya,” sambungnya.
Dalam siniar Smart Inspiration bagian Smart Happiness, Arvan Pradiansyah mengungkapkan bahwa cinta itu sebenarnya menunggu, tetapi manusialah yang mencarinya. Pembahasan ini terdapat dalam episode “Cinta yang Menunggu, Manusia yang Mencari”.