Banjarmasin, Sonora.ID - Dampak Pandemi COVID-19 tak hanya terasa di sektor ekonomi, melainkan juga sektor lain.
Misalnya program kesehatan esensial di berbagai tingkat, seperti imunisasi rutin untuk anak yang tidak berjalan optimal.
Bukan tanpa sebab, penularan virus corona yang masif membuat masyarakat takut membawa anaknya ke puskesmas. Bahkan banyak posyandu yang terpaksa tutup.
Situasi di atas hampir dirasakan di seluruh Kalsel. Tak terkecuali Banjarmasin yang merupakan Kota besar di Bumi Lambung Mangkurat ini.
Berdasarkan catatan Smart FM Banjarmasin diakhir tahun 2020 lalu, Pemko Banjarmasin tidak bisa memenuhi pencapaian target program imunisasi sebesar 71 persen.
Baca Juga: Tuntut Sidang Rakyat, Massa di Banjarmasin Tolak Presiden Tiga Periode
Kala itu, Machli Riyadi yang menjabat Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin membeberkan, bahwa setidaknya ada dua alasan mengapa hal itu bisa terjadi.
Pertama, adanya ketakutan masyarakat membawa anaknya ke puskesmas guna mendapatkan imunisasi. Terlebih kala itu, kebijakan 'di rumah saja' saat COVID-19 terus digaungkan Pemerintah.
Alasan kedua, karena para petugas lebih fokus dalam penanganan COVID-19.
Disisi lain. Berdasarkan catatan Dinkes Provinsi Kalsel, cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Provinsi ini pada tahun 2020 sebesar 75,4 persen.
Lalu meningkat menjadi 80,2 persen di tahun 2021.
Itu berarti, masih ada 13.979 anak yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap pada Tahun 2021.
Sementara angka drop out DPT HB3 dan Campak juga terbilang tinggi, yakni lebih dari 5 persen di tahun 2020 maupun 2021.
Begitu juga dengan cakupan imunisasi Balita di tahun 2020. Yakni cakupan DPT HB Hib sebesar 53,7 persen dan cakupan campak rubella sebesar 46 persen
Kemudian di tahun 2021, cakupan DPT HB Hib sebesar 51,9 persen dan cakupan campak rubella sebesar 48,7 persen.
Rendahnya cakupan imunisasi serta tingginya angka drop out pada bayi dan balita itu lantas menyebabkan meningkatnya potensi Kejadian Luar Biasa penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (KLB-PD3I) yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan.
Baca Juga: 3 Besar Seleksi Terbuka Pemko Banjarmasin, Keputusan Ditangan Wali Kota
Seperti campak, hepatitis, difteri, pertusis, dan lain-lain. Selain itu juga kecacatan, seperti Polio dan Rubella, atau bahkan meninggal dunia (Difteri, Tetanus, Rubella) di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Kalimantan.
Kondisi itu pun juga diamini oleh Penyuluh Kesehatan, Muhammad Hendy Arizal.
Kepada Smart FM Banjarmasin, Hendy membeberkan betapa pentingnya imunisasi bagi anak.
Ia menjelaskan, apabila seorang anak mendapat imunisasi, maka anak bersangkutan dapat terhindar dari penyakit itu 80 hingga 95 persen.
Bahkan lanjut Hendy, bisa dibilang mengurangi angka kematian terhadap anak itu sendiri.
"Sangat bermanfaat. Misalnya imunisasi hepatitis B. Maka dapat terhindar dari penyakit hepatitis B yang ganas," jelasnya.
Disamping itu menurut Hendy, anak yang mendapatkan imunisasi, harapannya tidak menjadi perantara menularkan penyakit ke anak yang lain.
"Itu lah yang disebut dengan kekebalan komunitas atau herd immunity," ungkapnya lagi.
Lantas, adakah strategi yang bisa dilakukan guna meningkatkan capaian imunisasi? Terlebih sekarang ini angka COVID-19 sudah mulai melandai.
Baca Juga: One Day One Prison's Product: Kolaborasi Lapas Banjarmasin dan Martapura Beli Produk Warga Binaan
Terkait hal itu, selain program pemerintah, Ia juga mengingatkan kepada Tenaga Kesehatan (Nakes) mengenai strategi individu.
Misalnya, memberikan dukungan atau mengingatkan orang tua yang baru melahirkan untuk memberikan imunisasi kepada bayinya.
"Bisa juga setiap bertemu anak-anak di puskesmas selalu diingatkan, sudah imunisasi belum? Intinya mengkampanyekan pentingnya imunisasi," sambungnya.
"Kalau dari program pemerintah juga ada. Contohnya upaya akselerasi dari umur 9 bulan sampai 5 tahun ke desa-desa, melalui posyandu," pungkasnya.