Sonora.ID - Kebanyakan orang akan mencari pasangan hidup yang bisa memberikan kebahagiaan dan kasih sayang sepanjang hidupnya. Sayangnya, banyak pernikahan berakhir dengan perceraian.
Pasangan yang bercerai tentu saja karena berbagai alasan termasuk perbedaan yang tidak dapat diselesaikan, perselingkuhan, masalah ekonomi, KDRT, penyalahgunaan narkoba, dan faktor lainnya.
Ketika kamu membandingkan tingkat perceraian di beberapa negara, ada perbedaan besar dari satu negara ke negara lain.
Sebagian dari perbedaan ini mungkin terletak pada bagaimana perceraian itu dipandang dalam budaya tertentu, dan apakah pasangan merasa berhasil secara ekonomi, jika mereka berpisah.
Berikut ini adalah 10 negara dengan tingkat perceraian terendah di seluruh dunia sesuai laporan worldatlas.com:
1. India 1%
Orang-orang yang tinggal di India dapat dengan bangga mengatakan bahwa mereka memiliki tingkat perceraian terendah dari semua negara di dunia.
Apakah semua pernikahan itu sukses besar? Mungkin iya tapi mungkin juga tidak.
Ahli mitologi dan penulis India, Devdutt Pattanaik menjelaskan di Qrius.com bagaimana dalam masyarakat India, sebagian besar pernikahan masih diatur atau dijodohkan, dan orang-orang menerimanya.
Kendati demikian, bagi sebagian besar orang India, kehidupan cinta tidak selalu begitu tradisional.
Orang-orang disana juga banyak yang berselingkuh, poligami, memiliki kekasih untuk kesenangan, dan lain-lain, bedanya mereka hanya tidak bercerai.
Menurut Pattanaik, gagasan perceraian dalam sistem hukum India sangat terkait dengan keyakinan agama, dan ini bisa menjadi hal yang menghalangi orang-orang di negara itu untuk mencari jalan perpisahan yang sah secara hukum.
2. Chili 3%
Agak mengherankan, orang-orang di Chili juga hidup dengan tingkat perceraian yang sangat rendah. Ini mengejutkan hanya karena kehidupan di Chili tentu sangat berbeda dengan kehidupan di India.
Chili hidup dengan aturan tentang pernikahan yang terhubung ke Konstitusi negara. Dalam dokumen ini disebutkan bahwa keluarga adalah dasar fundamental masyarakat.
Baru pada tahun 2004 Undang-Undang Perkawinan Sipil diberlakukan di Chili. Ini adalah pertama kalinya pernikahan diatur oleh hukum di negara tersebut.
Dengan demikian, pada saat inilah perceraian ada dalam hukum untuk pertama kalinya bagi orang Chili.
Mungkin karena alasan inilah tingkat perceraian menjadi sangat rendah di negara ini, meskipun lebih banyak orang Chili yang bercerai sekarang daripada sebelumnya.
3. Kolombia 9%
Kolombia mungkin memiliki tingkat perceraian yang rendah, tetapi prevalensi perselingkuhan dalam pernikahan dalam budaya Kolombia tinggi.
Juga benar bahwa orang Kolombia mungkin tidak secara resmi bercerai, karena kebanyakan orang Kolombia adalah Katolik, tetapi pasangan itu telah putus dan berpisah.
Sebanyak 66% pria dan wanita Kolombia mengaku berselingkuh dari pasangannya setidaknya sekali, menjadikannya negara paling tidak setia di seluruh Amerika Latin.
Baca Juga: 5 Negara dengan Rata-Rata Tinggi Badan Terpendek, Indonesia Urutan 2!
4. Meksiko 15%
Inilah negara mayoritas Katolik lainnya dengan tingkat perceraian yang rendah. Sekali lagi, pasangan memang berpisah, tetapi statistik menunjukkan bahwa hanya sedikit yang benar-benar bercerai.
Namun, jumlah orang yang bercerai terus meningkat di negara ini. Dari tahun 2001 hingga 2017, perceraian terdaftar di Meksiko meningkat dari 57.370 menjadi 147.581, lebih dari dua kali lipat.
Beberapa sumber mengatakan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh fakta bahwa lebih sedikit orang Meksiko yang benar-benar menikah, yang secara tidak sengaja mendorong tingkat perceraian lebih tinggi.
Pada tahun 2008 hampir 60% pasangan berusia antara 15 dan 29 tahun memutuskan untuk menikah.
Pada 2018, persentase itu turun menjadi 42,8%. Pasangan dalam kelompok usia ini masih bersama, tetapi ada tanpa ikatan resmi.
5. Turki 22%
Di Turki, hukum perdata menyatakan bahwa jika sebuah pernikahan telah rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi, pasangan dapat bercerai.
Namun, ada banyak stigma yang melekat pada perceraian di Turki. Karena termasuk negara Muslim, dengan demikian memungkinkan perceraian seperti yang awalnya disetujui lebih dari 1.400 tahun yang lalu dalam hukum Islam tetapi praktiknya dipandang buruk dalam kenyataan.
Perceraian di Turki umumnya dipandang sebagai sesuatu yang kontroversial yang hanya membuat sebuah keluarga terpisah, dan membuat wanita lebih sering dikucilkan oleh komunitas mereka daripada pria.
Alasan utama wanita mencari perceraian di negara ini adalah karena kekerasan dalam rumah tangga.
Laporan mengatakan wanita lebih sering mencari perceraian sekarang bukan karena mereka menghadapi lebih banyak konflik tetapi karena mereka sekarang lebih percaya diri untuk menindaklanjuti dalam mencari kebebasan mereka sendiri.