Sonora.ID – Krisis ekonomi selama pandemi nampaknya tak hanya dialami oleh kalangan rakyat biasa.
Khususnya pada tahun 2021, sepertinya menjadi tahun yang dramatis bagi sebagian kaum supertajir alias milirder di dunia.
Pasalnya, setidaknya ada 10 konglomerat dunia yang kehilangan kekayaan paling banyak pada tahun 2021.
Kekayaan bersih mereka diprediksi turun secara kolektif hingga US$ 152 miliar, bahkan salah satu dari mereka adalah sosok yang cukup terkenal yaitu, Jack Ma.
Penasaran siapa saja miliarder yang bangkrut di tahun 2021? Apa ada nama konglomerat dari Indonesia?
Baca Juga: 10 Negara Ini Tempat Bersarang Konglomerat dan Miliarder Terbanyak Dunia, Ada Indonesia?
Melansir dari Forbes berikut daftar orang-orang terkaya di dunia yang 'jatuh miskin',
Colin Zheng Huang
Peraturan dan tindakan keras pemerintah China sangat merugikan Huang, pendiri platform e-commerce Pinduoduo.
Miliarder itu kehilangan 64% kekayaannya tahun ini karena saham Pinduoduo turun dengan jumlah yang hampir sama.
Tidak hanya sempat tersandung akibat penyelidikan antitrust pemerintah China yang mengancam raksasa internet China.
Perusahaan berusia enam tahun itu juga semakin diguncang oleh pengunduran diri mendadak Huang sebagai ketua pada Maret.
Akibatnya saham perusahaan turun 21% setelah meleset dari ekspektasi pendapatan kuartalan per November.
Harta Huang turun US$ 40,2 miliar, dengan kekayaan bersih terkini US$ 22,4 miliar.
Jack Ma
Jack Ma, pendiri Alibaba, dulunya dikenal sebagai orang terkaya di China dengan kekayaan ditaksir mencapai US$37 miliar atau setara Rp525 triliun (kurs Rp14.199 per dolar).
Namun siapa sangka, saat ini, ia harus kehilangan lebih dari separuh hartanya akibat kebijakan Pemerintah China yang begitu keras terhadap perusahaannya.
Tidak hanya itu, China juga mengincar Alibaba, raksasa e-commerce yang didirikan oleh Ma, dengan denda US$ 2,8 miliar pada April.
Alibaba dituduh melanggar aturan anti-monopoli, dan ini menjadi hukuman antimonopoli tertinggi yang pernah diterapkan di China.
Kapitalisasi pasar Alibaba turun lebih dari 46% sepanjang tahun ini, membabat US$ 37 miliar dari kekayaannya yang turun 37%.
Harta Ma turun US$ 21,4 miliar, dengan kekayaan bersih terkini US$ 37 miliar.
Hui Ka Yan
Hui adalah salah satu miliarder yang 'jatuh miskin' untuk dua tahun berturut-turut.
Raksasa real estat Evergrande Group, yang ia dirikan dan pimpin, gagal membayar utangnya kepada investor global untuk pertama kalinya pada Desember dan pada 15 Desember diperdagangkan di Bursa Efek Hong Kong dengan nilai yang setara dengan US$ 0,19 per saham.
Meski begitu, Hui berjuang untuk menjaga perusahaan tetap hidup dengan menyuntikkan US$ 1 miliar dari kekayaan pribadinya.
Akibatnya kini dirinya berada di bawah tekanan baru untuk mempercepat restrukturisasi kewajiban Evergrande senilai US$ 300 miliar, sebab ada kekhawatiran potensi krisis utang yang lebih besar di pasar real estat China.
Harta Hui turun US$ 18 miliar, dengan kekayaan bersih terkini US$ 9,1 miliar.
Baca Juga: Bukan dari Harta! Ternyata Ini yang Membedakan Orang Kaya dan Miskin
Zhang Yong
Zhang adalah pendiri dan ketua Haidilao, jaringan restoran hotpot terbesar di China, yang juga memiliki lokasi di seluruh dunia.
Saat restorannya membuat taruhan berisiko untuk ekspansi dengan menggandakan jumlah lokasinya menjadi hampir 1.600, muncul pandemi Covid-19.
Akibatnya perusahaan malah merugi dan mengumumkan akan menangguhkan atau menutup 300 toko pada akhir tahun pada November lalu.
Saham turun 71% pada tahun ini hingga 15 Desember, membuat Zhang, yang memiliki kekayaan US$ 23 miliar pada April, 68% lebih miskin dari sebelumnya.
Harta Zhang turun US$ 15,9 miliar, dengan kekayaan bersih terkini US$ 7,6 miliar.
Miliarder hipotek tersebut sempat menjadi salah satu dari 10 orang terkaya di dunia ketika kekayaannya melonjak tajam hingga US$80 miliar.
Namun, saham perusahaannya telah jatuh 62 persen karena perlambatan pendapatan dan keuntungan.
Tadashi Yanai
Tadashi Yanai, pendiri Uniqlo dan Theory, harus kehilangan hartanya hingga US$14 miliar dari total kekayaan sebesar US$30,4 miliar.
Ia kehilangan sepertiga hartanya karena saham dua perusahaan miliknya rontok 34 persen akibat pandemi.
Meskipun pendapatan perusahaan tumbuh 6 persen dan laba sebelum pajak melonjak lebih dari 70 persen, pengecer masih sangat dipengaruhi oleh pembatasan aktivitas akibat pandemi, khususnya pabrik di Vietnam.
Lei Jun
Lei Jun, pendiri Xiaomi, pernah menjadi salah satu orang terkaya dunia dalam sektor ponsel pintar.
Kekayaannya bahkan pernah menyentuh US$16,3 miliar, namun kini ia kehilangan hampir 90 persennya.
Seperti Alibaba, Xiaomi juga mengalami tekanan akibat regulasi pemerintah yang begitu keras terhadap perusahaan teknologi.
Xiaomi pun harus berjuang dengan masalah rantai pasokan, ditambah masalah persaingan ketat yang menyusutkan pangsa pasarnya.
Baca Juga: Kaya Turun Temurun, 7 Pelajaran Penting Miliarder Ajarkan pada Anak
Masayoshi Son
CEO Softbank Group Masayoshi Son juga kehilangan hartanya hingga US$13,6 miliar dari total kekayaan sebesar US$25,1 miliar.
Raksasa investasi asal Jepang tersebut harus okut merugi akibat investasi yang dikucurkan ke perusahaan China, seperti Alibaba yang mengalami tekanan dari Pemerintah China.
Serangan pemerintah China terhadap perusahaan besar, ditambah dengan jatuhnya nilai Softbank mengakibatkan rekor kerugian sebesar US$7,3 miliar untuk Dana Visi Softbank dalam 3 bulan yang berakhir pada 30 September. Akibatnya, kekayaan Son turun 35 persen.
Daniel Gilbert
Daniel, pendiri Rocket Companies, juga kehilangan sebagian besar hartanya dikarenakan saham perusahaannya yang terjun bebas.
Pria berkebangsaan AS ini kehilangan US$13,2 miliar dari total kekayaan sebesar US$29,6 miliar.
Miliarder hipotek tersebut sempat menjadi salah satu dari 10 orang terkaya di dunia ketika kekayaannya melonjak tajam hingga US$80 miliar.
Namun, saham perusahaannya telah jatuh 62 persen karena perlambatan pendapatan dan keuntungan.
Zhang Bangxin
Pendiri perusahaan TAL Education juga harus kehilangan hartanya akibat kebijakan yang Pemerintah China yang menekan perusahaan besar untuk berekspansi.
Zhang kehilangan US$11,3 miliar hartanya disebabkan kebijakan tersebut.
Pemerintah China meningkatkan serangannya terhadap perusahaan bimbingan belajar dengan alasan industri tersebut telah memberikan terlalu banyak tekanan pada anak-anak dan orang tua.
Saham perusahaan TAL Education anjlok ketika regulator meluncurkan aturan baru yang ketat, termasuk larangan meningkatkan modal dari investor luar negeri.
Sementara itu, kekayaan bersih Zhang turun hingga 90 persen. Beberapa pengusaha bimbingan belajar juga bernasib buruk, seperti CEO GSX Techedu Larry Xiangdong Chen yang kekayaannya turun menjadi US$250 juta dari puncak US$15,8 miliar.
Zhong Huijuan
Zhong menjadi satu-satunya wanita yang mengalami penurunan kekayaan hingga US$10,4 miliar.
Sebagai CEO Hansoh Pharmaceutical, Zhong pernah menjadi salah satu wanita terkaya di dunia ketika perusahaannya IPO pada 2019.
Namun, saham perusahaan telah jatuh hingga lebih dari 50 persen pada tahun 2021 dan kini nilainya hanya tersisa US$1,82 per lembar saham. Akibatnya, kekayaan Zhong turun 51 persen tahun ini.
Baca Juga: 5 Bos Miliarder Dunia yang Dipecat dari Perusahaan Sendiri, Kok Bisa?