Sonora.ID - Deddy Corbuzier, merupakan salah satu content creator yang dahulu merupakan pesulap pada masanya, kini beralih memiliki kanal sosial media massa terbesar di jejaring sosial, salah satunya yaitu Chanel YouTube.
Kanal media massa kini yaitu YouTube, kerapkali di akses oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama di Negara Indonesia.
Melalui kanal Youtube Deddy Corbuzier yang telah memiliki pengikut (subscribers) sebanyak 18.7 juta (Tercatat pada tanggal 9 Mei 2022).
Dengan Label Branding yang dibawakan berupa Podcast yang memiliki tagline #CloseTheDoor.
Tagline tersebut merupakan branding dari konten yang ia bawakan, tentu saja hal tersebut sangat melekat di benak audience sebagai penonton.
Dengan pengikut sebesar itu, secara otomatis konten yang ia bawakan akan langsung melejit. Atau sebutan masyarakat di era sekarang, yaitu Viral!
Baca Juga: Hapus Video Gay, Deddy Corbuzier Minta Maaf, 'I Still Believe They are Human'
Namun, hal tersebut membuat para penggemar setia podcast Deddy menjadi terpecah menjadi dua kubu. Antara Pro dan Kontra sangat kentara ketika ditelusuri melalui kolom komentar.
Hal ini timbul dikarenakan tamu Podcast yang di undang oleh Deddy merupakan sepasang kekasih yang mengumumkan bahwasanya mereka berdua merupakan sejoli penganut paham LGBT.
Tetapi siapa sangka? Salah satu dari mereka merupakan seorang mualaf (muslim) yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
Oleh karenanya, hal ini memicu terjadinya hujatan dan penggiringan opini publik.
Ditambah dengan warga negara Indonesia yang mayoritasnya pemeluk agama Islam, secara otomatis isi konten yang ditampilkan oleh Kanal YouTube Deddy merupakan konten sensitive yang tabu untuk di bahas dan dipertontonkan kepada khalayak umum.
Berdasarkan Tanya-Jawab (wawancara) yang dilontarkan Deddy kepada dua sejoli homoseksual tersebut, diketahui bahwa mereka melakukan aktivitas berupa penyimpangan sosial (gay) dikarenakan satu sama lain memiliki traumatis terhadap sebuah hubungan bersama dengan wanita.
Traumatis tersebut akhirnya merubah cara pandang mereka sejauh 180 derajat, berserta lingkungan hidup yang mereka jalani.
Menurut pendapat mereka, memilih suatu tujuan dan pilihan hidup merupakan Hak Personal setiap manusia. Mereka juga mengatakan bahwa setiap manusia berhak bahagia dengan setiap pilihan yang mereka pilih dan tentukan.
Entah Normal (Straight) maupun seseorang yang memilih untuk berpasangan dengan sesama jenisnya (LGBT), berhak mendapat kebahagiaannya masing-masing.
Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa mereka juga memiliki hak sebagai manusia yang sama seperti manusia normal pada umumnya.