Lee Kuan Yew sendiri dianggap sebagai otoriter yang condong ke kaum elit. Ia pernah melaksanakan sejumlah peraturan keras untuk menekan oposisi dan kebebasan berpendapat.
Ferdinand Marcos Jr dan Ferdinand Marcos (Filipina)
Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong Marcos terpilih sebagai Presiden Filipina dalam Pemilu 2022. Dia akan menjabat pada Juni mendatang bersama Sara Duterte sebagai wakilnya.
Bongbong sendiri merupakan anak kedua dan putra satu-satunya dari Ferdinand Marcos, diktator yang memimpin Filipina 36 tahun silam.
Ayahnya sempat menerapkan darurat militer pada 1972, menjadi salah satu periode tergelap dalam sejarah politik Filipina.
Keluarganya terbukti menggelapkan uang negara dan pinjaman dari luar negeri hingga terpaksa keluar dari Istana Malacanang dan pergi ke pengasingan.
Di pengasingan, Marcos dikabarkan meninggal dunia akibat penyakit ginjal, jantung, dan paru-paru.
Pada 1990-an, keluarga Marcos diizinkan untuk kembali ke Filipina. Bongbong akhirnya memutuskan untuk terjun ke politik, seperti ayahnya.
Ia terpilih sebagai gubernur Ilocos Norte, lalu anggota kongres dan senator.
Baca Juga: 7 Negara dengan Toilet Paling Jorok, Bau dan menjijikkan di Dunia!
Kim Jong-il dan Kim Jong-un (Korea Utara)
Pertama, Korea Utara (Korut). The Hermit Kingdom atau Negeri Para Pertapa ini memang memiliki dinasti keluarga politik yang tidak terputus.
Pendiri negara itu, Kim Il-sung, memerintah Korut pada 1994. Kemudian, jabatan tersebut diserahkan kepada anaknya, Kim Jong-il, yang memerintah Pyongyang pada 1994 hingga 2011.
Ketika kesehatan Kim Jong-il menurun, ia menyerahkan takhta kepemimpinan Korut kepada Kim Jong-un yang dianggap sebagai pewarisnya.
Kim Jong-un sendiri merupakan putra ketiga sekaligus putra bungsu Kim Jong-il dengan salah seorang istrinya, Ko Young-hee.
Kim Jong-un secara resmi dinyatakan sebagai pemimpin tertinggi Korea Utara setelah pemakaman kenegaraan ayahnya pada 28 Desember 2011. Sampai saat ini, dia pun masih menjadi pemimpin tertinggi Korea Utara.
Zulfikar Ali Bhutto - Benazir Bhutto (Pakistan)
Selanjutnya ada Pakistan. Benazir Bhutto yang merupakan anak sulung dari Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Bhutto menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai kepala pemerintahan Pakistan.
Ayahnya dulu digulingkan melalui kudeta militer tak berdarah pimpinan Zia Ul-Haq pada 1977.
Dua tahun setelahnya, Ali Bhutto dihukum gantung pada 1979 karena terbukti merestui pembunuhan seorang lawan politiknya.
Benazir sendiri terpilih sebagai PM Pakistan pada 1988. Namun, 20 bulan kemudian ia digulingkan oleh Presiden Ghulam Ishaq Khan yang mendukung militer.
Pada 1993, ia terpilih lagi menjadi PM Pakistan, namun tiga tahun kemudian, lagi-lagi ia diberhentikan di tengah skandal korupsi.
Akhirnya, Benazir Bhutto dibunuh pada 27 Desember 2007 dengan luka tembak dibagian leher.
Pembunuhnya kemudian bunuh diri usai menembak Benazir. Insiden ini terjadi di Rawalpindi dalam rangka kampanye pemilu yang akan digelar awal 2008.
Benazir sempat dilarikan ke rumah sakit, namun dinyatakan meninggal pada hari itu juga.
Baca Juga: Pantas Betah! 5 Negara Ini Dijuluki Surga Duit Bagi TKI Tembus 10 Juta Per Bulan