Semarang, Sonora.ID - Kota Lama Semarang merupakan salah satu destinasi terkenal yang banyak dikunjungi wisatawan ketika datang ke Semarang.
Sebagai salah satu kawasan cagar budaya, Kota Lama menawarkan pemandangan bangunan kuno dan bersejarah dengan arsitektur khas Eropa.
Misalnya seperti Gereja Blenduk, Gedung Asuransi Jiwasraya, Gedung Bank Mandiri Mpu Tantular, Gedung Oudetrap, Gedung De Spiegel, Marba, dan masih banyak lainnya.
Baca Juga: Sajian Gurih Nikmat, Olah Resep Soto Bangkong Semarang Untuk Hidangan Makan Malam Ini!
Sejarah
Sejarah kota lama Semarang dimulai dengan Adana kesepakatan antara Kerajaan Mataram dengan pihak Belanda yang diwakili oleh VOC.
Semarang, sebagai kota pelabuhan yang berbasis ekonomi komersial, menarik perhatian VOC yang menguasainya dan pelabuhan-pelabuhan lain di sepanjang pantai utara Jawa.
Keinginan VOC mendapatkan momentum pada paruh kedua abad ke-17, Ketika kerajaan Mataram diliputi oleh pemberontakan Trunojoyo Madura.
VOC mengumumkan kesiapannya untuk membantu Kerajaan Mataram menghadapi pemberontakan Trunojoyo.
Namun, kerajaan Mataram harus menyerah kepada Semarang dengan imbalan bantuan dari VOC.
Kesepakatan antara Kerajaan Mataram Islam dengan VOC pun terjadi pada 15 Januari 1678.
Sejak saat itu, didirikan berbagai bangunan di Kota Lama, mulai dari gedung pemerintahan, pemukiman warga, hingga Benteng Vijhoek.
Baca Juga: Sejarah Kelenteng Sam Poo Kong, Kelenteng Terbesar Di Kota Semarang
Perkembangan Kota Lama Semarang
Dalam perkembangannya, Benteng Vijoek dihancurkan dan sebuah benteng baru dibangun untuk mengelilingi seluruh kota lama.
Pembangunan benteng baru berlangsung antara tahun 1741 dan 1756, yang disebut benteng Tahap II.
Sejak saat itu, kota lama Semarang disebut Little Holland karena penampilannya yang menyerupai kota Belanda.
Di dalam benteng dibangun jalan penghubung untuk memudahkan orang Belanda keluar masuk.
Pada masa VOC Belanda dan masa kolonial, Kota Lama Semarang menjadi pusat pemerintahan, industri dan perdagangan.
Setiap tahun, semakin banyak fasilitas perkotaan yang dibangun, seperti Teater Marabunta, rumah dan kantor.
Sampai abad ke-19 dan ke-20, Ibukota Kuno tetap menjadi pusat komersial, tempat banyak pedagang Cina dan Arab datang.
Kota lama Semarang baru dikenal setelah kemerdekaan Indonesia.
Memang bangunan di kawasan ini mengusung gaya arsitektur khas Eropa masa lalu, terutama pada masa penjajahan Belanda.
Saat ini, kota lama Semarang telah ditetapkan sebagai cagar budaya perkotaan dan diusulkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.