Bali, Sonora.ID - Menurut Staf Pusat Kajian Lontar Universitas Udayana, Putu Eka Guna Yasa, dalam Kakawin Arjuna Wiwaha dikisahkan Bhatara Indra meminta bantuan kepada manusia sakti bernama Arjuna karena ada raksasa bernama Niwatakawaca yang akan menyerang surga.
"Indra takut karena Biwatakawaca menyerang sorga ia takut karena memiliki kesidian yang mampu meruntuhkan penjaga di surga," ucap Guna.
Sebelum itu, Arjuna harus diuji terlebih dahulu yaitu digoda dengan bidadari. Bidadari dalam konteks Bali menurut Guna merupakan penggoda tapa brata agar tapa tidak sukses, dan jika berhasil melewati berbagai macam godaan maka tapa brata dianggap sukses
Bidadari (Sanskerta: ; vidhyadhar) atau Apsara (Sanskerta: ; apsar) adalah makhluk berwujud manusia berjenis kelamin wanita yang tinggal di kahyangan atau surga dalam kepercayaan Hindu.
Tugas dan fungsi mereka, menurut agama Hindu, adalah menjadi penyampai pesan para dewa kepada manusia.
Ada kalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seseorang (pria) dalam bertapa, dengan cara mencoba membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para petapa.
Baca Juga: Jomblo Merapat! Ini 6 Pura Di Bali yang Ampuh Untuk Memohon Jodoh
Orang Sunda menyebut bidadari dengan nama Pohaci, sedangkan Istilah widodari dari Jawa dan widyadari / dedari dari Bali, berasal dari kata vidhyadhari dalam bahasa Sanskerta.
Vidhya berarti "pengetahuan", sedangkan dharya berarti "pemilik", "pemakai" atau "pembawa". Istilah Vidhyadhari tersebut kemudian dikenal sebagai "bidadari" dalam bahasa Indonesia modern.
Dalam penampilan fisik, mereka memang dilukiskan sebagai sosok yang sangat cantik jelita dan sempurna tanpa cela.
Kemudian, banyak sastra Hindu yang menyatakan adanya banyak bidadari, yang bekerja sebagai dayang-dayang Indra atau sebagai penari di kahyangan.
Adapun tujuh bidadari yang terkenal dalam ajaran Hindu Bali adalah Supraba, Tunjung Biru, Nilotama, Gagar Mayang, Ken Sulasih, Gunita dan Suparni, nama mereka juga sering disebut dalam lagu sakral Sang Hyang Dedari.
Dalam kepercayaan Hundu Bali, para Bidadari tinggal di tempat bernama Banjaran Kembang, taman bunga yang amat indah dan luas yang tempatnya berada di ujung Neraka.
Di Banjaran Kembang para arwah yang telah menebus segala dosanya, akan disambut oleh para bidadari.
Di utara disambut oleh bidadari yang bernama Tunjung Biru. Di timur disambut oleh bidadari yang bernama Dewi Supraba.
Di barat disambut oleh bidadari yang bernama Gagar Mayang. Kemudian, di selatan disambut oleh bidadari yang bernama Ken Sulasih.
Dan di tengah disambut oleh bidadari yang bernama Dewi Suparni. Lalu sang arwah menunggu kemana perjalannya akan berlanjut, ke surga atau reinkarnasi.
"Jadi mereka akan menyambut kita semua di alam sana tidak hanya yang gugur di medan perang," tutupnya.
Baca Juga: Pesona Pantai Suluban Uluwatu, Cocok untuk Surfing, dan Sunset