Sonora.ID - Pulau Rupat menyimpan pesona alam yang indah dan berpotensi menggaet wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Salah satu wisata unggulannya berada Kecamatan Rupat Utara yang berlokasi di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dan berbatasan langsung dengan Malaysia.
Sejak tahun 2021, Pemerintah telah menetapkan Rupat sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Sebut saja Pantai Pesona dan Pantai Tanjung Lapin di Kecamatan Rupat Utara. Deburan ombak menghantam bebatuan dan pasir, disambut angin segar dan gemeresik dedaunan pohon kelapa. Pantai ini memanjakan mata dan memberi kedamaian hati di tengah hiruk pikuk kesibukan perkotaan.
Jika anda terlanjur membayangkan pantai biru dengan pasir putih yang luas, Rupat menyuguhkan Pulau Benting Aceh di Desa Suka Damai Kecamatan Rupat Utara.
Di sana akan anda temukan pantai dengan pasir yang ‘berbisik’, sebuah sebutan ketika pergeseran pasir menimbulkan suara yang halus seolah berbisik.
Salah satu pulau terluar di Indonesia ini juga memaksa kita melihat hamparan laut biru yang menawan, dan pantulan pasir putih yang mengelilingi pulau yang tidak berpenghuni ini.
Berbicara perjalanan menuju Pulau Rupat, salah satu pilihan yang bisa dilakukan wisawatan adalah dengan menyeberang menggunakan Kapal Roro dari Pelabuhan Dumai. Lebih kurang 30 menit perjalanan laut, anda akan sampai di Pelabuhan Tanjung Kapal Kecamatan Rupat.
Setelah itu, wisatawan bisa menggunakan transportasi darat menuju lokasi wisata. Membawa kendaraan pribadi menjadi alternatif yang disarankan mengingat minimnya trasnportasi umum di Pulau Rupat.
Baca Juga: Anak Muda Makassar Wajib Ambil Bagian Sukseskan Lorong Wisata
Mengacu dari googlemaps, waktu yang diperlukan menuju Kecamatan Rupat Utara sekitar 2 jam 23 menit. Sementara menuju Pulau Benting Aceh, perlu menyebrang lagi dengan jalur laut menggunakan speedboat.
Lalu apakah perjalanan yang harus ditempuh ini sepadan dengan hasil yang akan didapatkan? Belum lagi, kondisi jalan-jalan yang kebanyakan rusak berat terlebih ketika musim hujan?
Ekonom Senior Bank Indonesia, Ignatius Adhi Nugroho dalam kegiatan Capacity Building yang dilaksanakan bersama Wartawan Ekonomi Provinsi Riau, Kamis (28/07/2022) menjelaskan bahwa preferensi wisatawan terhadap Rupat Utara masih berada pada kisaran nilai sedang dan menengah.
“Rata-rata pengunjung baru yang datang itu penilaiannya relatif rendah dibanding ekspektasi mereka sebelum datang ke sini. Sementara yang mengulang kembali datang, itu biasanya ekspektasi mereka dalam penilaian sedang. Atau mereka datang kembali untuk tujuan wisata karena biaya yang murah. Nah di sini jadi pertanyaan, Ada Apa Dengan Pariwisata Rupat?” paparnya.
Adhi menjelaskan, penilaian wisatawan yang dalam kisaran menengah, bahkan cenderung menurun dibanding ekspektasi awal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas yang tersedia untuk menunjang kegiatan wisata.
Selain itu amenitas serta aksesibilitas juga dipandang kurang sehingga kepuasan wisatawan yang sudah berkunjung menjadi tidak maksimal.
Untuk itu, ia menyarankan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan stakeholder terkait dapat diperkuat untuk mendorong pertumbuhan pariwisata di Rupat Utara.
Salah satunya melalui peningkatan aksesbilitas dan fasilitas menuju lokasi dan optimalisasi sumber daya alam dan masyarakat dengan mendorong munculnya atraksi-atraksi baru seperti wisata bahari.
Akan tetapi, hal ini tentunya akan sulit diwujudkan tanpa dukungan investor. Kepala Bank Perwakilan Indonesia, Muhammad Nur dikesempatan yang sama juga menjelaskan bahwa kehadiran investor dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan agar Rupat Utara dapat menjadi pariwisata yang layak untuk wisatawan.
Baca Juga: Pemkab Kubu Raya Ajak Para Pemuda Promosikan Wisata Desa Masing-masing
“Nah dalam konteks investasi kita juga harus berbenah seperti masalah kejelasan tanah, perizinan yang mudah, dll yang mana itu pastinya perlu koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat,” jelasnya.
Kondisi pariwisata Rupat Utara yang perlu pembenahan, juga diamini oleh Dosen Pariwisata Universitas Riau, Ahmad Nawawi.
Ia menjelaskan bahwa Rupat Utara menjadi potensi wisata unggul di Provinsi Riau. Salah satunya adalah Pulau Benting Aceh yang ia sebut sebagai pulau unik dan satu-satunya di Riau yang punya hamparan pasir putih luas dan laut biru.
“Akan tetapi ada beberapa kendala signifikan. Pastinya pertama masalah aksesibilitas. Dari Pekanbaru menuju Dumai sekarang sudah mudah karena adanya tol, tapi kemudian kita perlu menyeberang menuju Pelabuhan Rupat dan menggunakan jalur darat yang cukup jauh dengan kondisi jalan yang buruk. Lalu menuju Benting Aceh juga perlu menyewa speedboat lagi untuk sampai ke Pulau Benting Aceh. Selain itu juga tidak ada harga standar untuk berkunjung ke destinasi wisata dan juga tidak ada informasi resmi dari pengelolanya,” jelas Ahmad.
Pengelolaan Pulau Benting Aceh ini dipandang Ahmad menjadi hal yang perlu diperhatikan. Ia menjelaskan bahwa saat ini tidak ada pengelolaan khusus sehingga siapa saja dipersilakan masuk tanpa adanya registrasi.
Salah satu akibatnya yang tampak saat ini adalah penumpukan sampah yang terlihat di sekitar gazebo.
“Benting Aceh ini perlu dikembangkan menjadi wisata alami, tapi di sisi lain juga perlu dihadirkan fasilitas penunjang agar wisatawan betah. Adanya toilet, gardu pandang, gazebo yang ditambah, dan sebagainya. Dengan begitu tingkat kepuasan wisatawan juga akan bertambah,” ujarnya.
Ahmad menilai sejauh ini wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Benting Aceh dalam kurun waktu yang relatif singkat.
“Maksimal 6 jam, sehingga ketika menyewa speedboat juga tidak ada patokan jam karena biasanya wisatawan di sana tidak lama. Ya karena aspek amenitas tadi yang kurang,” tambahnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Berpesan Agar Desa Wisata Kampung Melayu BML Kalbar Lestarikan Budaya
Akan tetapi, salah satu kelebihan yang dari pariwisata ini adalah harganya yang relatif murah. Ahmad menjelaskan bahwa jika wisatawan datang menggunakan transportasi umum dari Pekanbaru ke Dumai di kisaran harga Rp.75.000 sekali jalan. Selain roro, wisatawan bisa menggunakan speedboat ke Pelabuhan Tanjung Medang di Rupat Utara dengan perkiraan waktu 1 jam 30 menit.
Sementara kisaran harga menggunakan speedboat sekitar Rp 100.000,- per orangnya. Lalu jika ingin ke Pulau benting Aceh, perlu menyewa speedboat lagi dengan hitungan per-kapal sehingga bisa digunakan untuk satu rombongan. Satu kapal di sewa mulai dari Rp 600.000-Rp.2.000.000 pulang-pergi tergantung negosiasi.
Sementara untuk penginapan, Ahmad mengakui disekitar wisata Pulau Benting Aceh minim penginapan.
“Penginapan di Tanjung Medang ada beberapa wisma, harga Rp.150.000-Rp.300.000, kalau di Teluk Rhu ada beberapa penginapan yang bisa dipakai, 1 kamar Rp.250.000 dan itu bisa untuk beberapa orang. Ada juga penginapan di Tanjung Lapin, tapi itu di grup besar yang standarnya berbeda. Pas lebaran, ada krisis penginapan di Tanjuk Punak dan Teluk Rhu, sehingga dibantu homestay yang harganya lebih bersahabat,” jelasnya.
Ahmad menjelaskan faktor utama yang membuat Pulau Rupat menjadi pilihan wisatawan karena pesona alamnya yang indah, terutama Pulau Benting Aceh yang punya sedimen pasir yang indah dan paling unik di Provinsi Riau.
Akan tetapi, dengan tingkat kepuasan dari wisatawan ia nilai kurang, pembenahan dan penambahan fasilitas ia rasa perlu dilakukan agar wisata Rupat Utara ini mampu bersaing dan mengangkat nama Riau sebagai tujuan wisata.
Selain pesona alam, Pulau Rupat juga menyimpan kekayaan budaya. Seperti Tarian Zapin Api, Tarian Mak Yong, Kampung Wisata Suku Akit, dan masih banyak lagi.
Terlebih Tarian Zapin Api yang hanya dimiliki oleh Masyarakat Rupat, hal ini tentunya semakin menambah nilai plus Pulau Rupat sebagai tujuan wisata.
Untuk itu, segala kekayaan yang dimiliki sudah sepatutnya menjadikan Pulau Rupat sebagai destinasi wisata pilihan wisatawan dengan ekspektasi yang sesuai bahkan melampaui.
Baca Juga: Adanya Kelonggaran Pemerintah, Pariwisata Palembang Mulai Menggeliat