“Jadi pola makan itu tidak bisa digeneralisasi. Jadi pola makan yang mengacu pada Departemen Kesehatan RI, misalnya pola makan yang dianjurkan di berbagai negara itu pada umumnya cocok untuk sebagian besar orang, tapi tidak semua orang boleh menggunakan pola diet yang seperti itu,” sambung Dokter Santi.
Pihaknya menyebutkan, banyak faktor yang melatarbelakangi pola diet seseorang.
“Kultur, status kesehatan, berat badan, jenis kelamin, sampai ke agama kepercayaannya. Jadi pola makan itu banyak sekali yang terkait di dalamnya,” tegasnya.
Contohnya adalah kebanyakan dokter menganjurkan untuk tidak terlalu banyak makan garam, tetapi untuk sebagian besar orang justru dianjurkan untuk mengonsumsi banyak garam.
Pola diet anti kelaperan
Mengacu pada penjelasan tersebut, pada dasarnya pola diet justru tidak membuat kita merasa lapar.
Dengan panduan piring porsi seimbang, Dokter Santi menegaskan bahwa yang terpenting adalah memiliki pola diet atau pola makan dengan gizi dan nutrisi yang seimbang.
Jadi, diet bukan berarti tidak makan sama sekali atau menahan lapar hingga kesakitan, tetapi pola diet justru mengatur makan agar sesuai dengan panduan piring makan yang seimbang.
Baca Juga: Tren Diet Mengggunakan Chia Seed, Efektifkah Menurunkan Berat Badan?