Sonora.ID - Wacana penghapusan subsidi BBM semakin mencuat dan anggaran dialihkan untuk bantalan sosial yang berupa bantuan langsung tunai sebesar Rp 600 ribu.
Bantuan tersebut rencananya ditujukan kepada masayarakat yang memiliki penghasilan di bawah Ro 3,5 juta perbulan.
Sebenarnya kenaikan harga BBM bukanlah yang pertama kali di era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) sejak 2014 lalu.
Kemudian ada juga peralihan BBM penugasan dari Premium ke Pertalite yang sama-sama mengalami penyesuaian harga.
Sejak 2014-2016 misalnya, Jokowi sudah tujuh kali mengubah harga BBM Subsidi. Premium tercatat 4 kali mengalami kenaikan harga, dan 3 kali mengalami penurunan harga.
Baca Juga: Kabar Baik! Penerima PKH di Banjarmasin Bakal Terima Bansos Lain
Sementara Solar mengalami 2 kali kenaikan harga, sementara telah 5 kali mengalaim penurunan harga.
Diawal Jokowi menjabat, harga premium dipatok Rp 6.500 per liter, kemudian naik menjadi Rp 8.500 per liter pada November 2014. Tak lama, pada 1 Januari 2015, Jokowi menurunkan harga Premium menjadi Rp 7..600 per liter.
Kemudian 2 minggu setelahnya, terjadi penurunan harga premium menjadi Rp 6.600 per liter. Tapi, ppada Maret 2015, kembali dinaikka menjadi RP 6.900 per liter.
Di penghujung bulan yang sama, Jokowi juga menaikkan lagi harga premium ke Rp 7.300 per liter.
Berselang cukup lama, harga Premium diturunkan menjadi Rp 6.950 di aa tahun 2016. Kemudian, turun lagi menjadi Rp 6.450 per liter pada April 2016.
Baca Juga: Soal Kenaikan harga BBM, Pengamat: Efeknya Luar Biasa
Sementara untuk harga Solar, saat pertama menjabat sebagai presiden, harganya sebesar Rp 5.500, kemudian naik enjadi Rp 7.500 per liter, dan turun lagi menjadi Rp 7.250 per liter.
Lalu, Jokowi menurunkan lagi menjadi Rp 6.400 per liter, dan naik menjadi Rp 6.900 per liter. menuju penghujung 2015, Jokowi menurunkan lagi harga Solar menjadi Rp 6.700 per liter, dan turun lagi menjadi Rp 5.650 per liter di awal 2016. Lalu, kembali turun menjadi Rp 5.150 per liter di pertengahan 2016.
Sebelumnya, Jokowi sempat mengungkapkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberikan pemerintah sudah sangat besar yakni, mencapai Rp 502 triliun.
Dia menilai, tidak ada negara mana pun di dunia yang kuat memberikan subsidi sebesar itu.