Pura Mekah, Bukti Akulturasi Umat Hindu dan Muslim di Masa Lalu

3 September 2022 13:15 WIB
Pura Mekah, Bukti Akulturasi Umat Hindu Dan Muslim Di Masa Lalu
Pura Mekah, Bukti Akulturasi Umat Hindu Dan Muslim Di Masa Lalu ( Sonora FM Bali)

Sonora.ID - Dari sekian banyak pura di Bali, Pura Mekah yang berlokasi di Banjar Anyar Desa Poh Gading, Ubung Kaja, Kota Denpasar, mempunyai keunikan dibandingkan dengan pura lainnya, yakni adanya akulturasi dengan budaya muslim.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah sebuah artikel ilmiah berjudul "Pura Mekah di Banjar Anyar Desa Poh Gading, Ubung Kaja, Kota Denpasar (Analisis Struktur, Historis dan Fungsi)” yang dipublikasikan dalam Widya Wretta, Tahun 2018, oleh I Nyoman Djuana dari Universitas Warmadewa dan Ni Made Surawati dari Universitas Hindu Indonesia.

Dikutip dari sumber tersebut, dutuliskan bahwa keberadaan Pura Mekah ini sangat menarik karena beberapa alasan.

Pertama, nama pura yang diidentikkan dengan sebuah tempat suci sentrum orientasi umat Muslim di Timur tengah, terdapat keunikan yang bisa ditelusuri secara historis yakni keberadaan Pura Mekah yang lebih dari satu di kisaran Ubung Kaja.

Islam sudah masuk ke Pulau Bali pada Abad ke 15 M. Ini dibuktikan saat Dalem Ketut Ngelesir menjabat sebagai Raja Gelgel pertama (1380 – 1460) dan mengadakan kunjungan ke keraton Majapahit.

Baca Juga: Inilah 8 Agama Tertua di Dunia, Kira-kira Agama Islam dan Kristen Masuk Nggak Ya?

Saat itu, Raja Hayam Wuruk mengadakan pertemuan dengan kerajaan seluruh nusantara. Setelah acara tersebut selesai, Dalem Ketut Ngelesir pulang ke negerinya Bali diantar oleh empat puluh orang dari Majapahit sebagai pengiring, yang konon diantara mereka terdapat Raden Modin dan Kiyai Abdul Jalil.

Peristiwa ini dijadikan patokan masuknya Islam ke Pulau Bali yang berpusat di Kerajaan Gelgel. Sejak itu agama Islam mulai berkembang hingga saat ini.

Dengan masuknya Islam ke Indonesia hingga daerah Bali oleh para mubaligh dilanjutkan oleh para wali, maka sejak itu umat Islam sudah hidup di Bali dan mengembangkan diri dengan berbagai kegiatan rohani hingga kini, dan menjadi rukun hidup berdampingan dengan umat lainnya dalam suasana ketenangan dan keharmonisan sehari – hari.

Berkaitan dengan masuknya pengaruh Islam, lewat kontak dagang maupun perantauan sehingga melahirkan pemujaan terhadap Dewa Pedagang Islam, roh leluhur yang beragama Islam yang disertai dengan pengembangan toleransi beragama yang sekaligus berarti menghindarkan Bali dari serangan kerajaan-kerajaan Islam.

Toleransi bisa terjadi karena pedagang maupun perantau Islam yang masuk ke Bali bercorak Islam sinkretik. Hubungan antara orang Islam dan Hindu bisa pula diwamai oleh konflik yang berkahir pada pembunuhan.

Berkenaan dengan itu bisa jadi Pelinggih Ratu Mekah terkait pula dengan usaha menghilangkan kutukan lewat pemujaan roh orang yang terbunuh.

Baca Juga: 10 Artis yang Pindah Agama, Ada yang Murtad dan Pindah ke Hindu

Pura sebagai tempat suci memiliki struktur, yakni halamannya terbagi menjadi dua, yakni jaba dan jeroan (Pura Dalem Mekah dan Pura Mekah). 

Berdasarkan sumber lainnya Disebutkan bahwa ”Kata “Mekah” yang ada dalam Ratu Gede Dalem Mekah bukan kota suci Mekah di Arab Saudi sekarang ini, tetapi desa Mekah yang ada di Probolinggo atau Mojokerto atau mungkin nama yang mirip itu di pelosok Bali. Dengan begitu Gede Dalem Mekah hanyalah Mpu Tanrupa atau Ki Ngelawang yang datang dari Majapahi. 

Sementara itu, Menurut pengakuan seorang pemangku Pura Mekah yang bernama Jro Wayan Mertha keberadaan Pura Mekah di Poh Gading Ubung Kaja memiliki kaitan dengan Pura Mekah yang berada di Desa Binoh.

Ada wacana lisan yang menyatakan jika di Ubung, pernah datang dua utusan dari Pulau Jawa  yang beragama muslim.

Dua utusan ini disebut sebagai Dalem Mekah oleh masyarakat setempat. Dua utusan ini tinggal dengan dibatasi setra Dalem Poh Gading, yang satu tinggal di sebalah utara setra dan satunya lagi tinggal di sebalah selatan.

Pada zaman itu, para musafir dari Arab sudah mulai berdatangan ke Bali, sehingga Pura ini juga berfungsi sebagai penjaga kerukunan antar umat Hindu dan Muslim.

Apabila dilihat dari arsitektur bangunan, candi  gelung di Pura Mekah Binoh,  pura ini dibangun dengan sentuhan kebudayaan Islam saat itu.

Terbukti di atas candi gelung  itu terdapat gempolan seperti  kubah, para arkeolog yang pernah melakukan penelitian juga menyatakan hal  yang demikian. 

Baca Juga: Sedang Dibahas, Pemkot Denpasar Dirikan PAUD-TK Hindu

Keunikan lainnya dari Pura Mekah ini, dimana Pura maupun pelinggih Hindu pada umumnya berorientasi ke gunung atau ke arah matahari terbit (arah sacral). Kecuali Pura Mekah Binoh, rangkaian ritualnya ada yang berkiblat ke barat (Mekah, Jawa). Dan Haram Menghaturkan Daging Babi dalam sesajennya. 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm