Namun, tak berlangsung lama, di tengah kesempatan makan itu ada sesuatu yang terjadi. Secara tiba-tiba, Agus memuntahkan lahapan bakso yang baru saja ia makan.
Ia merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Bukan soal rasa, melainkan soal lain.
Sebagai orang saleh, kemampuan merasakan hal-hal semacam itu disebut Agus sebagai “kebeningan batin”.
Melihat temannya, Doni hanya kaget. Namun, ia lantas melakukan sesuatu yang penuh dengan kenekatan: menilik apa yang ada di dalam panci besar tempat Pak Rudy meletakkan baksonya. Kebetulan, saat itu tak ada yang menjaga gerobak bakso di warung itu.
“Jangan!” Kata Agus. Namun tetap saja, Doni tetap melakukan apa yang telah jadi niatannya.
Maka betapa kagetnya Doni, saat melongok ke bawah, ia dapati panci bakso penuh dengan banyak tikus yang masih hidup. Selain itu, secara samar-samar, Doni juga melihat beberapa kertas yang terbuntal plastik dan dimasukkan ke dalam panci.
Ia tak bisa membaca secara rinci apa yang tertera di kertas itu. Sebuah tulisan yang seperti memakai sebuah bahasa dan huruf yang asing. Lebih mirip mantra. Melihat semua dengan mata kepalanya sendiri, sebagaimana Agus, Doni juga mual.
Ia lantas langsung mengajak Agus pulang dan berjanji mengabarkan apa yang telah ia lihat kepada banyak orang. Sejak saat itu, keduanya berjanji pada diri sendiri untuk tak pernah makan
Nb: Tulisan ini hanyalah fiksi. Segala kesamaan nama, tempat, dan kejadian hanyalah kebetulan belaka.
Baca Juga: Amit-amit Jadi Tetangga, Inilah 5 Ciri-Ciri Rumah Hasil Pesugihan, Ada di Daerah Sekitarmu?