Banjarmasin, Sonora.ID - Baru-baru ini, viral beredar sebuah video sepasang muda-mudi bermesraan di sebuah halaman ritel di Banjarmasin.
Diketahui, pasangan muda-mudi itu berstatus pelajar, di salah satu SMP di Banjarmasin.
Kabar ini pun sudah sampai ke telinga Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin.
Bahkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Banjarmasin mengklaim sudah turun tangan.
Mereka juga mengklaim telah mengetahui identitas muda-mudi tersebut. Termasuk asal keduanya.
“Kami sudah mengumpulkan data-data, tinggal asesmen saja lagi,” ucap Tabiun Huda, Kabid Perlindungan Anak, DP3A Banjarmasin, saat dikonfirmasi Smart FM Banjarmasin, Selasa (20/9).
Disisi lain, Tabiun juga menyayangkan sikap konsumen ritel yang merekam video aksi pasangan sejoli tersebut, hingga menyebarkannya ke media sosial.
Pasalnya, lanjut Tabiun, ketika video itu viral maka akan berdampak terhadap psikologi anak.
"Semestinya si konsumen bisa saja menegur dan mencegah perilaku dua pemuda tersebut, tanpa harus merekamnya," pungkasnya.
Baca Juga: Niat Menyalip Kendaraan Lain, Pelajar Asal Wonogiri Tewas Tertabrak Mobil
“Sekalipun bermasalah hukum, anak itu tetap harus dilindungi, apalagi ini hanya masalah perilaku,” sambungnya.
"Pasti dampak psikologis yang terjadi. Karena akibat video yang tersebar itu, perilaku negatif yang mereka lakukan diketahui oleh semua orang," tambahnya lagi.
Oleh karena itu, pihaknya akan terus mengawal kasus ini bersama Puspaga Kota Banjarmasin, untuk memberikan edukasi serta pendampingan terhadap keluarga yang bersangkutan. Baik untuk si anak maupun orangtuanya.
Baca Juga: Kenalkan Budaya Saprahan Sejak Dini Lewat Festival
Selain itu, Tabiun menambahkan, langkah pendampingan yang dilakukan pihaknya tersebut juga bertujuan agar proses pendidikan si anak tidak terganggu.
"Khusus si anak pasti dia mengalami traumatik. Dan itu wajib kita sembuhkan," imbuhnya.
Ia berharap warganet atau masyarakat yang sudah terlanjur melihat postingan tersebut, agar tidak langsung menjustifikasi dengan berbagai anggapan negatif.
Karena baginya, perilaku tersebut terjadi lantaran ada beberapa faktor yang membuat kesalahan tersebut terjadi pada diri sang anak.
"Supaya kedepannya efek psikis anak bisa lebih baik dan tidak membuat mereka berdua depresi akibat kasus ini," ujarnya.
"Pada intinya kita berusaha untuk menjamin agar pemenuhan hak sekolah bagi kedua anak di dalam video itu bisa tetap terpenuhi," tutup Tabiun.
Baca Juga: Sikapi Upaya Pemerintah Kendalikan harga BBM, Polda Sumsel Gelar FGD