Oxford Mutual Aid, sebuah kelompok masyarakat yang mengirimkan paket makanan darurat, harus memangkas jumlah sumbangannya karena banyaknya permintaan bantuan.
Koordinatornya, Muireann Meehan Speed, mengatakan: “Kami berjuang untuk memenuhi permintaan. Setiap hari saya mendengar tingkat kesusahan yang dialami orang-orang. Setiap hari saya berbicara dengan keluarga yang ketakutan yang tidak tahu harus kemana. Tapi kita tidak bisa melakukan lebih dari yang sudah kita lakukan.”
Kelompok ini mendengar setiap hari dari orang-orang lokal yang tidak pernah mampu membeli makanan sebelumnya.
“Mereka tidak bisa memilih untuk menghangatkan diri atau makan: mereka juga tidak mampu melakukannya,” katanya.
Dilansir Kompas.com, menurut Institure for Government, krisis biaya hidup di Inggris sudah terjadi sejak akhir 2021. Krisis ini terjadi karena inflasi yang tinggi dan makin diperburuk dengan kenaikan pajak dan meroketnya harga energi.
Kenaikan upah yang terjadi di Inggris dianggap belum mampu mengimbangi inflasi dan kenaikan pajak, yang cukup besar dibanding tahun 1990-an.
Adanya kenaikan gas dan akibat perang Rusia-Ukraina juga menjadi faktor krisis di Inggris.
Padahal Inggris sangat mengandalkan gas untuk menghasilkan listrik yang kemudian mampu menghangatkan rumah-rumah di sana.
Rakyat dibuat makin frustasi lantaran banyaknya pemberitaan yang hanya berfokus pada kematian Ratu Elizabeth II dan seakan mengesampingkan krisis yang belum tertangani dengan baik.
Apalagi diketahui prosesi pemakaman Ratu Elizabeth II memakan biaya yang sangat mahal.