Banjarmasin, Sonora.ID - Meningkatnya angka Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) di Banjarmasin membuat Pemko Banjarmasin membuat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) khusus Kesehatan Jiwa.
Sekedar diketahui, tercatat ada sebanyak 1.441 ODGJ di kota berjuluk Seribu Sungai. Terhitung sejak September 2021 hingga September 2022.
Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Sosial (Dinsos) Banjarmasin pun bekerjasama membuat Posyandu Kesehatan Jiwa Baiman, di Rumah Singgah dan dilaunching oleh Wali Kota, Ibnu Sina, Selasa (11/10).
Menurut Ibnu, Posyandu Kesehatan Jiwa Baiman merupakan posyandu khusus satu-satunya di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang menangani kesehatan jiwa.
"Singkatannya Posyandu Keswa. Ini juga termasuk Jambore Kesehatan Jiwa ke 3," ungkap Ibnu kepada Smart FM Banjarmasin.
Baca Juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Pemprov Bali Peduli Hak dan Martabat ODGJ
Ibnu tak menampik, jika saat ini pengidap ODGJ di Kota Banjarmasin mengalami peningkatan. Mulai dari gangguan jiwa ringan sampai berat.
"Makanya kita harus perhatian terkait hal ini. Dinsos punya aset yakni Rumah Singgah yang bisa menampung anak jalanan, terlantar, Lansia, disabilitas hingga ODGJ," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Ibnu berharap posyandu ini bisa memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat di Kota Baiman.
"Apalagi disini ada psikiater dan dokter spesialis jiwa yang memberikan pelayanan dan perawat jiwanya," harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Muhammad Ramadhan membeberkan, pelayanan yang ada di Posyandu Kesehatan Jiwa Baiman yakni melayani pasien di Rumah Singgah Dinsos Banjarmasin terlebih dulu.
"Tapi kedepannya jika menuju ke klinik, itu bisa melayani masyarakat setiap hari yang seperti masyarakat yang stres, bahkan ODGJ," tuturnya singkat
Sebelumnya, dari segi sosial, Kepala Dinsos Banjarmasin, Dolly Syahbana menjelaskan, ODGJ yang ditampung sudah terdeteksi, atau selesai menjalani assessment.
Dari situ akan diketahui, apakah masih perlu penanganan lebih lanjut ke rumah sakit, atau masih bisa dikendalikan.
Baca Juga: Mayat di Area Rumah Singgah. Dinsos Banjarmasin Sebut Bukan Penghuni
"Kalau keluarga mau menerima, dan pengidap ODGJ sudah bisa bergaul dengan masyarakat, maka kami kembalikan ke keluarganya," ujarnya.
Dolly membeberkan, bahwa mayoritas kini yang berada di rumah singgah adalah mereka yang keluarganya tidak teridentifikasi.
Kemudian, ada pula pula yang keluarganya tidak mau menerima, lantaran dianggap aib.
"Rata-rata usianya 40 hingga 60 tahun," tutupnya.