“Aduh, sudah lama ya nunggunya, Lan. Maaf ya, tadi bonyok-ku belum pulang dari rumah nenek sehingga aku terpaksa menunggu mereka kembali.”
“Oalah begitu kisahnya. Okelah, tiada mengapa, Dika. Eh, bonyok itu maksudnya apa?”
“Aduh, Alan, kamu kok enggak gaul banget sih. Bonyok itu artinya Bokap dan Nyokap.”
“Hemm. Aneh-aneh saja sih singkatanmu. Padahal kan tinggal sebutkan saja kata orang tua.”
Sudah menunggu lama, Alan malah dibuat semakin kesal dengan sikap dan penggunaan bahasa yang digunakan Dika.
Alan merasa bahwa singkatan-singkatan semacam itu hanya sekadar bahasa sok gaul, apa lagi hari itu sedang ada peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Pada ikrar yang ketiga, dikatakan bahwa pemuda dan pemudi Indonesia itu punya janji yaitu menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sontak saja, gaya si Dika terang menodai dan bahkan melukai bahasa yang menjadi identitas Bumi Pertiwi.
“Alan, bagaimana dengan pengumuman lomba baca puisi Sumpah Pemuda pada hari Kamis kemarin? Aku dengan kamu dapat juara 2, ya? CMIIW.”
“Iya benar, baru saja malam tadi pengumumannya. Alhamdulillah aku dapat juara dua. Eh, Dika, CMIIW itu apa lagi?”
“Hehe, maaf, Alan. Kamu masih belum tahu juga ya? CWIIW itu singkatan dari Correct Me If I am Wrong. Artinya, koreksi bila aku salah.”