Cerpen Sumpah Pemuda, Kobarkan Kembali Jiwa Nasionalisme!

27 Oktober 2022 15:00 WIB
Ilustrasi Cerpen Sumpah Pemuda
Ilustrasi Cerpen Sumpah Pemuda ( Freepik.com)

Sonora.ID - Cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang biasanya dalam bentuk tulisan dengan panjang yang kurang dari novel sehingga orang yang membaca akan langsung selesai dalam satu periode waktu.

Dikutip dari Gramedia.com, cerpen adalah karya sastra yang berbentuk prosa pendek dengan jumlah kalimat yang dibatasi, biasanya isi ceritanya bukan kejadian nyata dan hanya dibuat-buat.

Cerpen bisa berisi banyak topik atau tema, salah satunya adalah tentang sejarah dan sumpah pemuda.

Biasanya cerpen-cerpen kenegaraan seperti ini bermaksud untuk mengenang kembali jasa para pahlawan dan untuk mengobarkan kembali jiwa nasionalisme.

Baca Juga: 8 Contoh Cerpen Remaja, tentang Motivasi Hidup hingga Asmara

Berikut ini adalah cerpen Sumpah Pemuda.

Bahasamu Bukan Bahasa Bangsa Kita

Hari itu hari Minggu dan semenjak pagi langit tampak malu-malu memamerkan warna birunya. Malahan, sebujur awan kelam yang semakin bangga dengan gelapnya pagi.

Tidak jauh dari pandang mata, di sebuah kursi kayu yang sederhana duduk seorang pemuda. Dia sendirian, dan sebenarnya darah muda itu sedang menunggu temannya yang sedari pagi mengaku akan berkunjung ke rumah.

Tak lama berselang, teman pemuda itu tiba dan langsung menyapanya dengan semangat.

“Aduh, sudah lama ya nunggunya, Lan. Maaf ya, tadi bonyok-ku belum pulang dari rumah nenek sehingga aku terpaksa menunggu mereka kembali.”

“Oalah begitu kisahnya. Okelah, tiada mengapa, Dika. Eh, bonyok itu maksudnya apa?”

“Aduh, Alan, kamu kok enggak gaul banget sih. Bonyok itu artinya Bokap dan Nyokap.”

“Hemm. Aneh-aneh saja sih singkatanmu. Padahal kan tinggal sebutkan saja kata orang tua.”

Sudah menunggu lama, Alan malah dibuat semakin kesal dengan sikap dan penggunaan bahasa yang digunakan Dika.

Alan merasa bahwa singkatan-singkatan semacam itu hanya sekadar bahasa sok gaul, apa lagi hari itu sedang ada peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Pada ikrar yang ketiga, dikatakan bahwa pemuda dan pemudi Indonesia itu punya janji yaitu menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sontak saja, gaya si Dika terang menodai dan bahkan melukai bahasa yang menjadi identitas Bumi Pertiwi.

“Alan, bagaimana dengan pengumuman lomba baca puisi Sumpah Pemuda pada hari Kamis kemarin? Aku dengan kamu dapat juara 2, ya? CMIIW.”

“Iya benar, baru saja malam tadi pengumumannya. Alhamdulillah aku dapat juara dua. Eh, Dika, CMIIW itu apa lagi?”

“Hehe, maaf, Alan. Kamu masih belum tahu juga ya? CWIIW itu singkatan dari Correct Me If I am Wrong. Artinya, koreksi bila aku salah.”

Alan hanya mengangguk sambil tersenyum. Biar bagaimanapun, Dika adalah teman sekaligus sahabat yang senantiasa menemaninya entah itu di kala suka maupun duka.

Alan tidak ingin mencela sahabatnya lebih jauh, karena dia tahu Dika sedang berusaha belajar Bahasa Inggris demi menggapai cita-cita kuliah di luar negeri.

“O ya, Dika, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini kamu ikut lomba dan kegiatan apa saja?”

“Hemm, kegiatan, ya. Sebenarnya aku mau ikut banyak lomba sih. Aku mau ikut lomba pidato, tapi aku tak begitu paham bagaimana kisah dalam kongres pemuda. Aku ingin ikut lomba cerdas cermat, masih sama saja. Aku tidak percaya diri bahwa aku bisa menang.”

“Oalah, ternyata seperti itu. Ya sudahlah, paling tidak tahun depan kamu wajib ikut, ya. Masa dengan kegiatan penuh sejarah bagi negeri sendiri kita enggan untuk berpartisipasi. Katanya berjiwa nasionalisme, katanya cinta tanah air. Jangan-jangan kamu kemarin tidak ikut upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di sekolah?”

“Hehehe. Iya, aku bangun kesiangan waktu itu. Karena kukira bakal telat, terpaksa deh aku izin sakit.”

“Nah kan!”

Alan menghela napas lebih panjang dari biasanya. Ia pun semakin kesal dengan sikap dan tingkah Dika. Sebagai seorang pemuda Dika seharusnya ikut berpartisipasi terhadap kegiatan yang bertajuk Nasionalisme.

“O ya, Dika, kamu jadi bermalam di rumahku, kan? Nah, nanti sore kita makan jagung bakar sambil melihat swastamita di tebing belakang rumahku ya. Soalnya tadi aku sudah periksa prakiraan cuaca, sebentar lagi langit akan segera cerah.”

“Oke siap laksanakan! Eh, Alan, swastamita itu apa sih? Apa sama seperti singkatan LOL (Laughing Out Loud) atau UWU (Unhappy Without U)?”

“Lha, lha, lha. Kamu ini sebenarnya orang mana sih. Orang Indonesia, atau orang Inggris yang nyasar? Swastamita itu adalah pemandangan indah di saat matahari terbenam.”

“Oalah gitu. Kok aku baru tahu ya? Memangnya itu bahasa apa?”

“Aduh! Itu Bahasa Indonesia, abang ganteng!”

Baca Juga: 6 Contoh Cerpen Pendidikan, Berisi Motivasi dan Pesan Moral Baik

Demi Sumpah

Salim masih duduk membisu di teras. Mulutnya mengoarkan asap kretek dari tembakau sisa di ladang Pak Bangka. Rasa-rasanya subuh akan tiba beberapa jam lagi. Namun, tidak sekalipun kelopak matanya mau menutup.

Hatinya masih terasa membara. Dadanya terkoyak mengingat Pak Bangka yang mungkin masih menunggu Barito.

Biasanya malam-malam begini, pria bungkuk itu akan berkeliling di ladang. Tangannya pasti membawa lentera dengan sumbu yang hampir habis terbakar.

Orang sinting itu juga akan memanggil nama Barito berulang-ulang. Apalagi pada malam ini, saat angin subuh mulai bertiup membuat bulu kuduk Salim kembali merinding.

Cepat-cepat Salim menaikkan sarungnya ke bahu, lantas menyusul Pak Bangka ke ladang tembakau yang panen beberapa hari lalu.

“Salim… Salim…,” panggil Pak Bangka sambil menyorotkan lenteranya pada Salim yang tampak menggigil kedinginan. Dia menyusul pria ceking itu untuk kembali ke pematang. “Di mana Barito, Nak?” tanyanya sambil tersenyum.

“Begini, Pak,” Salim segera membuang sisa kereteknya, “Barito sudah pulang,” bisiknya lirih.

Mata Pak Bangka semakin berkilat-kilat. Senyumnya juga kian merekah.

“Ayo pulang dengan saya, Pak,” ajak Salim.

Pak Bangka mengikuti pria itu. Sedangkan Salim berjalan di depannya sambil menangis.

Hari ini Barito mati. Dia tidak dapat ke ladang untuk menjemput bapaknya yang pikun.

Pasalnya bocah tolol itu lebih memilih sumpahnya. Dia ikut berdemo dengan papan ‘Kami para Pemuda Bersatu untuk Kemerdekaan’.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Baca Juga: Cara Membuat Cerpen untuk Pemula, Hasilkan Cerita Menarik!

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm