Medan, Sonora.ID – Dengan mulai diluncurkannya reksa dana syariah pertama pada 1997 hingga hadirnya beragam Indeks Syariah bagi investor.
Selama 25 tahun sejak berdiri, pasar modal syariah Indonesia telah mengalami beberapa perkembangan serta menorehkan pencapaian yang membanggakan.
Pertama ada indeks Jakarta Islamic Index (JII) sebagai indeks saham syariah pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2000, yang terdiri dari 30 saham syariah paling likuid dan berkapitalisasi paling besar di Indonesia.
Kepala Kantor Perwakilan PT BEI Sumatera Utara Muhammad Pintor Nasution mengatakan, Seiring dengan perkembangannya, BEI meluncurkan kembali beberapa indeks saham syariah lainnya yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
"Pada tahun 2011 yang berisi seluruh saham syariah tercatat di BEI yang juga masuk ke dalam konstituen Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),” ungkap Pintor dalam pemaparan release kepada wartawan, Sabtu (5/11/2022).
Baca Juga: CMSE 2022: Wujud Dukungan Pasar Modal Menuju Ekonomi Kuat Berkelanjutan
Lebih lanjut ia mengatakan, Jakarta Islamic Index 70 (JII70) pada tahun 2017 yang berisi 70 saham tercatat dengan kapitalisasi pasar besar dan paling likuid di BEI.
Selanjutnya, IDX-MES BUMN 17 (IDXMESBUMN) pada tahun 2021 yang berisi 17 saham BUMN dan afiliasi yang ada di ISSI serta memiliki kapitalisasi pasar besar, likuid, dan memiliki nilai fundamental yang baik.
“Yang paling terbaru, IDX Sharia Growth yang berisikan 30 saham syariah yang memiliki tren pertumbuhan laba bersih dan pendapatan relatif terhadap harga dengan likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik,” kata Pintor.
Selain dengan bervariasinya Indeks, perkembangan pasar modal syariah Indonesia juga ditandai dengan pertumbuhan jumlah investor saham syariah di Indonesia, sampai 30 September 2022 telah mencapai angka 114.116 investor.
Aktivitas perdagangan investor syariah di Bursa terlihat cukup baik yang tercermin dari total nilai transaksi yang tercatat pada tahun 2022 per 30 September 2022 mencapai Rp8,3 triliun dan volume transaksi mencapai 24 miliar saham.
Sementara itu, dari sisi pencatatan efek, sampai 30 September 2022, jumlah efek syariah sudah mencapai 493 saham yang tercatat di BEI, 211 sukuk korporasi, 79 sukuk negara, 268 reksa dana syariah, dan 3 Exchange Traded Fund (ETF) syariah.
Namun, untuk mendukung literasi pasar modal syariah kepada masyarakat khususnya generasi muda atau milenial, BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) menyelenggarakan acara Bandung Sharia Investor City (BaSIC) 2022 pada Sabtu, 5 November 2022 pukul 13.00 – 18.05 WIB yang dapat disaksikan melalui YouTube Indonesia Stock Exchange.
BaSIC 2022 menjadi kegiatan literasi keuangan syariah yang dikemas dalam bentuk talk show dan entertainment untuk memperingati 25 tahun berdirinya pasar modal syariah di Indonesia. Talk show pada BaSIC 2022 akan mengangkat 2 tema yang berbeda, yaitu “Investor Syariah Harus Cerdas di Era Informasi Tanpa Batas” dan “Perencanaan Keuangan Syariah di Jaman Serba Instan”.
Talk show ini menghadirkan narasumber kompeten dari berbagai latar belakang, antara lain investor yang inspiratif, perencana keuangan, figur publik, dan praktisi di pasar modal syariah.
Acara diharapkan dapat menjadi wadah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya generasi muda, baik pemula maupun yang sudah aktif dalam berinvestasi syariah.
Baca Juga: Kepala BEI Sumut: Digitalisasi Buat Investasi Saham di Pasar Modal diminati Para Investor Milenial
Menyebarkan semangat berinvestasi syariah di pasar modal Indonesia, serta ajang silaturahmi investor syariah sekaligus menjadi program penutup rangkaian edukasi pasar modal syariah 2022.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan 2 sesi talk show yang dimeriahkan juga oleh stand-up comedy dan live performance band.