Sonora.ID – Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua sekaligus salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Indonesia.
Kerajaan yang terletak di Muarakaman, tepian Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, ini diperkirakan berdiri sekitar abad 4 M atau 400 M.
Kerajaan Kutai dipimpin oleh seorang raja yang bernama Kudungga sebagai raja pertamanya, sebelum akhirnya diteruskan oleh sang anak yang bernama Aswawarman.
Adapun bukti sejarah Kerajaan Kutai adalah beberapa tugu batu yang juga disebut Prasasti Yupa.
Penemuan yupa tak hanya membuktikan keberadaan Kerajaan Kutai, namun juga menandai berakhirnya zaman prasejarah dimana masyarakat sudah mulai mengenal tulisan.
Baca Juga: 8 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit, Berawal dari Perebutan Takhta
Sebanyak tujuh prasasti Yupa yang berhasil ditemukan menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta.
Selain prasasti ada beberapa bukti peninggalan sejarah kerajaan Kutai lainnya yang menarik untuk di bahas.
Berikut 8 bukti peninggalan sejarah kerajaan Kutai.
Prasasti Yupa
Salah satu bukti kehadiran Kerajaan Kutai di Indonesia ditandai dengan ditemukannya peninggalan prasasti yang berwujud Yupa.
Melansir Kompas.com, Yupa adalah tiang batu yang bertuliskan berita tentang Kerajaan Kutai.
Yupa ditulis dengan huruf Pallawa yang merupakan bahasa Sansekerta.
Huruf Pallawa banyak digunakan di India Selatan. Dalam salah satu Yupa, ada kata "Waprakeswara".
Menurut ahli, Waprakeswara adalah lapangan luas tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Hindu.
Keterangan yang dapat dikemukakan untuk mendukung kesimpulan bahwa corak kebudayaan yang berkembang di Kerajaan Kutai adalah Hindu di antaranya ppacara selamatan diadakan di atas sebidang tanah Wavrakesywara.
Kura-kura Emas
Saat ini perhiasan yang dulunya digunakan sebagai salah satu bentuk persembahan yang diberikan oleh pangeran asal Kerajaan China kepada Putri Sultan Kutai yang bernama Aji Bidara Putih ini disimpan Museum Mulawarman.
Pedang Sultan Kutai
Pedang yang saat ini disimpan pada Museum Nasional Jakarta ini merupakan sebuah pedang yang terbuat dari bahan emas yang padat.
Di bagian gagang pedang terdapat ukiran seekor harimau yang sedang bersiap menerkam musuh. Sedangkan ujung sarung pedang dihiasi ukiran seekor buaya.
Kering Bukit Kang
Berdasarkan sejarah, Kering Bukit Kang adalah sebuah keris yang dipakai Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, yakni permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama.
Cerita masyarakat setempat menyebutkan bahwa Putri tersebut pernah ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas bambu.
Selain anak perempuan, ada telur ayam dan sebuah kering di dalam gong tersebut. Hingga saat ini dipercaya bahwa kering tersebut adalah Kering Bukit Kang.
Baca Juga: 8 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Bukti Kejayaan di Masa Kekuasaannya
Kalung Ciwa
Peninggalan Kerajaan Kutai selanjutnya yaitu Kalung Ciwa yang ada sejak zaman kepemimpinan Sultan Aji Muhammad Sulaiman.
Kalung ini ditemukan oleh warga di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman pada 1890.
Hingga sekarang Kalung Ciwa ini masih dipakai sebagai perhiasan kerajaan yang juga digunakan oleh raja ketika ada pesta pengangkatan raja baru.
Ketopong Sultan Kutai
Ketopong Sultan yaitu mahkota raja dari Kerajaan Kutai yang terbuat dari bahan-bahan emas dengan berat 1,98 kg.
Hingga sekarang mahkota tersebut masih tersimpan rapi di Musem Nasional Jakarta.
Mahkota Ketopong Sultan ditemukan sekitar tahun 1890 di daerah Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Di museum Mulawarman juga terdapat replika Ketopong Sultan.
Kalung Uncal
Pasca akuisisi yang dilakukan oleh kerajaan Kutai Kartanegara terhadap kerajaan Kutai Martadipura kalung uncal menjadi salah satu atribut wajib yang selalu dikenakan oleh Sultan Kartanegara.
Sebuah perhiasan yang terbuat dari emas dengan bobot 170 gram ini memiliki ukiran hiasan yang menceritakan tentang kisah Ramayana.
Singgasana Sultan
Singgasana Sultan Kutai Kartanegara hingga kini masih bisa disaksikan yang berbentuk 2 buah kursi berwarna kuning.
Singgasana ini berada dalam suatu peraduan pengantin Kutai atau biasa disebut geta berwarna biru tua.
Di sekitar singgasana dilengkapi dengan payung dan umbul-umbul. Singgasana ini telah dipakai oleh dua orang Sultan, yaitu Aji Sultan Muhammad Sulaiman (1845-1899 M) dan Aji Sultan Muhammad Parikesit (1920-1960 M).
Baca Juga: 7 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia, Lenkap dengan Sejarahnya