Sonora.ID - Ada beberapa tokoh penentang sistem tanam paksa atau cultuurstelsel di masa penjajahan Belanda. Berikut ulasan selengkapnya.
Dalam Encyclopaedia Britannica (2015), sistem tanam paksa merupakan kebijakan yang memaksa para petani pribumi untuk memberikan sebagian lahan pertanian yang dimiliki untuk ditanami berbagai jenis komoditi ekspor atau menggarap lahan pemerintah secara sukarela tanpa dibayar.
Komoditi ekspor yang wajib ditanam antara lain seperti kopi, tebu dan indigo.
Sistem ini dikeluarkan pada tahun 1830 oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch dan berlaku pertama kali di pulau Jawa dan kemudian dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa.
Sistem ini berlaku selama 40 tahun, sejak 1830 hingga tahun 1870.
Aturan Sistem Tanam Paksa
Dalam buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas 8, berikut beberapa aturan sistem tanam paksa yang berlaku:
Berbagai pihak mengecam sistem tanam paksa yang diterapkan Belanda lantaran merugikan para petani.
Ada beberapa tokoh penentang sistem tanam paksa di zaman tersebut.
Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa
Ada beberapa tokoh yang menentang sistem tanam paksa. Bahkan di antaranya adalah orang Belanda:
1. Eduard Douwes Dekker
Dikutip Kompas.com, penentangan akan sistem tanam paksa ditulis oleh Eduard Douwes Dekker dalam buku karangannya yang berjudul Max Havelaar atau Lelang Kopi Perdagangan Belanda yang terbit pada tahun 1860.
Dalam buku karangan itu, Douwes Dekker mengajukan sejumlah tuntutan kepada Belanda agar lebih memperhatikan hidup masyarakat Indonesia.
Hal ini karena apa yang diperoleh Belanda juga berasal dari keringat dan kerja keras rakyat Indonesia.
Douwes Dekker meminta Belanda melakukan balas budi kepada masyakat Indonesia, misalnya dengan:
2. Baron van Hoevell
Tokoh penentang sistem tanah paksa lainnya adalah Baron van Hoevell.
Dia menganggap sistem tanam paksa merugikan rakyat Indonesia.
Baron memperjuangkan penghapusan sistem tanam paksa melalui parlemen Belanda.
Saking tegasnya menentang sistem tersebut, Baron sampai diusir oleh pemerintah Belanda. Namun dia tak gentar dan terus memperjuangkan rakyat Indonesia.
Baca Juga: Ini Penjelasan Lengkap Soal Latar Belakang Agresi Militer Belanda I
3. Fransen van de Putte
Fransen van de Putte bersama dengan Baron van Hoevell ikut menjadi tokoh penentang sistem tanam paksa.
Fransen bahkan mengarang sebuah buku berjudul Suiker Contracten untuk memprotes kebijakan tanam paksa.
Meski keturunan Belanda, Fransen menganggap sistem tersebut hanya memanfaatkan rakyat Indonesia untuk keuntungan Belanda.
4. Golongan pengusaha
Selain tokoh Belanda, penentangan juga datang dari golongan pengusaha.
Mereka berpendapat bahwa sistem tanam paksa tak sesuai dengan ekonomi liberal.
Berkat penentangan dari orang-orang Belanda sendiri serta dukungan kaum liberal, pada tahun 1865 sistem tanam paksa perlahan dihapus.
Sistem tanam paksa benar-benar dihapus pada 1870.
Demikian ulasan mengenai tokoh penentang sistem tanam paksa. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.